WahanaNews.co | Jupiter adalah planet terbesar di Tata Surya. Planet berdiameter 142.984 km itu tidak memiliki cincin seperti planet besar lainnya, Saturnus.
Melansir Science Daily, para ahli dari University of California Riverside (UCR) menemukan alasan di balik hal tersebut. Terungkap, satelit Jupiter yang berjumlah empat buah adalah penyebabnya.
Baca Juga:
NASA Temukan Planet Mirip Bumi, Bisakah Dihuni Manusia?
Astrofisikawan UCR, Stephen Kane mengatakan, satelit (bulan) Jupiter yang berukuran besar akan menghancurkan cincin yang mungkin terbentuk mengelilingi Jupiter.
Untuk diketahui, Jupiter sebetulnya memiliki 80 satelit. Namun ada empat yang terbesar yakni Io, Europa, Ganymede, dan Callisto.
Sistem satelit Jupiter disebut dengan Jovian. Keempat satelit terbesar itu ditemukan pertama kali oleh Galileo Galilei pada 1610.
Baca Juga:
Fenomena Langka, 6 Planet Bakal Berbaris di Angkasa Awal Juni 2024
"Kami menemukan bahwa bulan Galilean dari Jupiter, yang mana salah satunya adalah yang terbesar di Tata Surya kita, akan dengan cepat menghancurkan cincin besarr yang mungkin terbentuk," kata Kane.
"Planet besar memilik bulan yang besar pula, yang mencegahnya memiliki cincin," ujarnya menambahkan.
Alhasil, Jupiter pun tidak memiliki cincin seperti Saturnus. Cincin Saturnus sendiri diketahui terbentuk dari es, yang materialnya berasal dari komet-komet.
Dalam studinya, Kane dibantu oleh salah satu mahasiswanya, Zhexing Li.
Mereka berdua menjalankan simulasi komputer dinamis untuk mengetahui orbit planet Jupiter dan empat bulannya beserta waktu pembentukan satelit-satelit tersebut.
Hasilnya, Kane yakin cincin milik Jupiter akan lebih terlihat dari Bumi daripada kepunyaan Saturnus. Sayangnya, penduduk Bumi tidak bisa melihat hal tersebut.
Mengutip IFL Science sebetulnya Jupiter, Saturnus, dan dua planet terbesar di Tata Surya lainnya, Uranus dan Neptunus memiliki cincin.
Namun tak seperti Saturnus, cincin Neptunus dan Jupiter sangat tipis. Cincin kedua planet itu pun terbuat dari partikel debu, yang bukan merupakan reflektor cahaya yang baik.
Alhasil, penampakannya menjadi lebih sulit dilihat. Sementara, Uranus memiliki cincin yang tak sebesar Saturnus namun lebih padat.
Kane sendiri ingin menjalankan simulasi soal kondisi Saturnus untuk melihat umur dari cincin planet tersebut. Beberapa astronom percaya, Uranus sebetulnya terbalik di sisinya sebagai akibat dari tabrakan yang dialaminya dengan benda luar angkasa lain.
Bagi para astronot, keberadaan cincin planet terlepas dari keindahannya, membantu mereka memahami sejarah planet tersebut.
Pasalnya, cincin-cincin itu menawarkan bukti dari tabrakan dengan bulan atau komet yang mungkin terjadi di masa lalu.
Bentuk dan ukuran cincin, beserta komposisi materialnya menawarkan indikasi dari tipe peristiwa yang membentuk mereka.
"Bagi kami para astronom, mereka seperti percikan darah di dinding dalam sebuah peristiwa kriminal," kata Kane.
"Ketika kami melihat cincin dari planet-planet yang besar, itu merupakan bukti sesuatu yang katastropik terjadi sehingga menaruh material di sana," ujarnya menambahkan. [qnt]