WAHANEWS.CO, Jakarta - Pakar Klimatologi BRIN Erma Yulihastin mengungkap cuaca ekstrem masih berpotensi melanda wilayah Jawa hingga Sumatera hingga akhir pekan ini. Apa penyebabnya?
Awalnya, Erma mengatakan temuan tiga badai multisel yang berada di wilayah Sumatera Selatan, Jawa Barat-Banten, serta Jawa Tengah-Timur. Ia menjelaskan badai multisel masuk ke kategori dahsyat selain tornado dan puting beliung.
Baca Juga:
BMKG Prakirakan Hujan Terjang Jakarta pada Sore Hari
"Disebut multisel karena tersusun atas awan-awan Cb lebih dari 2. Satu sel tunggal awan Cb biasa disebut dengan badai guruh (thunderstorm). Penampakan awan multisel klaster dan garis, lihat foto. Multisel klaster disebut juga dengan MCC/ MCS. Sedangkan line disebut juga Squall Line," terang Erma dalam cuitannya di X, Jumat (7/3).
Berdasarkan pengamatan radar, kata Erma, badai multisel di Jabar-Banten dan Jateng-Jatim merupakan campuran antara klaster dan garis, sedangkan badai di Sumsel berpola klaster saja. Multisel ini disebut bisa berkembang lagi menjadi supersel.
Erma menjelaskan badai multisel ini dipicu oleh pergerakan dan pertumbuhan vortex, yang kemudian tumbuh menjadi bibit siklon di Samudra Hindia.
Baca Juga:
Prakiraan Cuaca Papua Barat, Hari ini dan Besok Kamis Dikeluarkan BMKG
"Sehingga dia punya potensi mengakumulasi awan, kemudian hujan, yang ditransfer dari Samudra Hindia kemudian menuju ke Sumatera dulu yang terkena efek. Dan kemudian baru merembet atau menjalar menuju ke Jawa, dalam hal ini ya Jabodetabek," katanya melansir CNN Indonesia, Jumat (7/3).
Selain dari Sumatera, akumulasi awan tersebut bisa juga merambat langsung dari perairan selatan Jawa. Hal ini dikarenakan sudah terdapat akumulasi awan di wilayah selatan Jawa, mulai dari Jawa bagian barat hingga timur.
Erma mengatakan awan-awan ini bukan awan single sel, tetapi berklaster-klaster atau yang disebut sebagai multisel.
Sementara itu, vortex-nya atau Bibit Siklon Tropis 98S masih berada di wilayah tersebut dengan kecepatan 35 km/jam. Erma menyebut bibit siklon tropis ini memiliki potensi rendah untuk menjadi siklon tropis.
Menurut Erma, dampak siklon tropis hanya akan terjadi pada wilayah di sekitarnya atau terpusat. Sedangkan, bibit siklon tropis malah bisa berdampak lebih luas ke wilayah daratan.
"Makanya selama dia masih berupa di bibit siklon, maka justru punya peran yang bisa menghantarkan atau transport kelembaban dari Samudera Hinda menuju Sumatera dan Jawa," tuturnya.
Selain itu, Erma juga menyinggung gelombang Kelvin dan Roseby yang area pertemuannya berada di Sumsel dan Jawa Barat dengan pusatnya yang berada di Selat Sunda.
Pertemuan kedua gelombang ini disebut memperparah kondisi cuaca karena menarik awan-awan dari Samudera Hindia menuju wilayah tekanan rendah di Barat Indonesia.
"Sampai kapan pertemuan gelombang itu? Diprediksi sampai tanggal 9 Maret. Itu kan berarti berada pada periode dasarian pertama. Itu juga yang kita tangkap dari sejak beberapa bulan lalu kita tahu bahwa akan ada peak cuaca ekstrem ini meningkat lagi pada dasarian pertama Maret," jelasnya.
[Redaktur: Alpredo Gultom]