WahanaNews.co | Baru-baru ini sebuah studi mengamati aspek agar seseorang bisa hidup bahagia dengan membaginya ke dalam 3 pilar utama.
Memang kebahagiaan adalah masalah yang selalu direnungkan semua manusia di setiap waktu karena siapa sih seseorang yang tak ingin hidup bahagia dengan tentram?
Baca Juga:
Studi Ungkap Alasan Konsumen Indonesia Kepincut dengan Mobil China
Dr Grant Hilary Brenner seorang psikiater dari American Psychiatric Association dan New York Academy of Medicine menjelaskan masalah tentang bahagia sudah dibahas sejak zaman Aristoteles, demikian dikutip dari Psychology Today.
Menurut Aristoteles kebahagiaan adalah makna dan tujuan hidup, seluruh tujuan dan akhir dari keberadaan manusia. Benarkah demikian?
Untuk mengetahui hal itu, para peneliti telah mencurahkan energi tak terbatas untuk mencari tahu apa itu 'kebahagiaan'
Baca Juga:
Mau Terlihat Awet Muda? Coba 5 Jenis Olahraga Ini
Apakah itu berkaitan dengan keadaan pikiran dan fungsi kesehatan atau sesuatu yang berhubungan dengan uang, kekuasaan, ketenaran dan kesuksesan?
Salah satu penelitian yang menjelaskan tentang aspek kebahagiaan baru-baru ini dipublikasikan dalam International Journal of Public Health (2023).
Penelitian itu dilakukan oleh Sunita Singh dan kedua rekannya yakni Sowmnya Kshtriya dan Reimara Valk.
Proses Penelitian Tentang Kebahagiaan
Para peneliti mencoba lebih mencermati aspek kebahagiaan di banyak budaya. Nantinya temuan yang menjadi aspek penelitian akan diintegrasikan menjadi sebuah model.
Mereka menggunakan standar PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses) atau item pelaporan pilihan untuk tinjauan sistematis dan meta-analisis.
Penelitian dimulai dengan mengidentifikasi hampir 2.500 makalah penelitian peer-review tentang kebahagiaan. Dengan menerapkan standar kualitas yang ketat, 155 studi dipilih untuk analisis mendalam.
Hasilnya, mereka mengurutkan bila kebahagiaan selalu berhubungan dengan 3 kategori. Ketiganya kemudian dibagi kembali menjadi beberapa sub-kategori.
Seperti kategori kesehatan memiliki sub-kategori kesehatan mental, emosional, dan fisik. Selanjutnya ada harapan memiliki sub-kategori tujuan hidup, perkembangan pribadi, dan keadaan ekonomi.
Terakhir ada kategori keharmonisan yang berkaitan dengan faktor sosial, keluarga, budaya, agama, dan lingkungan.
Setelah disatukan dalam satu model bernama Integrated Model of the Determinants of Happiness (IMDH) atau Model Integrasi Determinan Kebahagiaan, para peneliti merinci banyak aspek kebahagiaan yang telah teridentifikasi termasuk dengan dampak positif dan negatifnya.
Kesehatan, Harapan dan Keharmonisan
Dr Brenner menyetujui bila model ini sangatlah berguna karena menjelaskan tentang aspek-aspek yang bisa dilakukan seseorang. Menurutnya, IMDH menerapkan aspek kebijaksanaan.
Dengan demikian untuk menjadi bahagia seseorang harus membentuk ekosistem yang terdiri dari kesehatan, harapan dan keharmonisan atau keselarasan.
Aspek yang tertera akan membantu seseorang untuk mengetahui yang mereka lakukan adalah hal positif ataupun negatif.
Sehingga, bila seseorang itu mencoba mengulas kehidupannya sehari-hari, ia bisa melakukan perbaikan dalam hidupnya secara cepat.
Sebagai contoh, harapan yang meliputi berbagai aspek seperti tujuan, niat dan keinginan pribadi untuk tumbuh.
Jika seseorang menerapkan pertumbuhan pribadi terhadap kesehatan, ia bisa memulainya dengan melakukan penilaian diri dan meninjau setiap faktornya untuk melihat bagaimana keadaan diri kita.
Untuk itu, model IMDH dapat membantu seseorang sebagai peta jalan dan menyusun rencana perjalan pribadi di kehidupan untuk mencapai kebahagiaan.
Selain itu, IMDH bisa digunakan sebagai tata kelola mandiri untuk kehidupan diri sendiri. Karena mengandung berbagai aspek, detikers bisa memilih apa yang harus dilakukan sehingga bisa membuat kemajuan dalam kehidupan.
Selain itu, IMDH bisa digunakan sebagai tata kelola mandiri untuk kehidupan diri sendiri. Karena mengandung berbagai aspek, detikers bisa memilih apa yang harus dilakukan sehingga bisa membuat kemajuan dalam kehidupan.
Menciptakan ekosistem yang bahagia dan berkembang juga bisa dilakukan dengan beberapa cara menurut studi yang diterbitkan Journal Science Direct.
Berbagai hal yang bisa dilakukan adalah dengan mengembangkan welas asih untuk bisa belajar secara efektif, tak menutup telinga dan menerima umpan balik dari orang lain beserta masukan yang mendukung,meningkatkan self esteem atau penghargaan diri, memberikan self-reward atau imbalan terhadap diri sendiri jika berhasil melakukan sesuatu atau menaklukkan tantangan.
Hal-hal ini bisa menciptakan ekosistem kebahagiaan pribadi yang semakin berkembang.
Memang, kebahagiaan berkaitan dengan keadaan psikologis. Untuk itu, membuat perubahan terkait suatu hal yang tak berwujud tentang penyakit dan kesejahteraan psikologis ini sangatlah rumit.
Namun, kebaikan hidup tetap bisa diraih dengan terus menjalani kehidupan yang konsisten namun tidak perfeksionis, berusaha terus mencapainya sambil tetap bertahan terhadap pasang surut masalah kehidupan yang akan menerjang ketika ingin mencapainya.
Meski begitu, jika di tengah jalan detikers mengalami masalah klinis yang serius, sakit fisik, sakit emosional atau gabungan, jangan ragu untuk meminta bantuan seorang profesional.
IMDH yang dijelaskan Sunita Singh dan kedua rekannya diketahui bersifat lintas budaya.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, IMDH bisa menjadi sebuah peta dan berguna untuk memasukkan perspektif global untuk model inklusif dan dapat diterapkan secara luas.
Mungkin, penelitian di masa depan dapat melihat bagaimana menerapkan model aspek bahagia ini untuk individu yang ini menjalani kehidupan terbaik mereka. [ast/detik]