WahanaNews.co | Kenakalan remaja bukan fenomena baru bahkan sudah marak terjadi sejak dulu. Bukan tanpa sebab, kenakalan anak di usia remaja sendiri sebenarnya bisa dipicu dari lingkungan terdekat, yaitu keluarga.
Peran orangtua sebagai teladan dan pembimbing dalam keluarga seharusnya mampu mencegah perilaku negatif anak.
Baca Juga:
Muhammadiyah Minta Polri Tertibkan Aksi Kenakalan Remaja Selama Bulan Suci Ramadhan
Sayangnya, terkadang ada sikap orangtua yang justru jadi penyebab lahirnya kenakalan anak-anaknya, terlebih yang sedang memasuki usia remaja.
Diakui atau tidak, empat sikap orangtua berikut ini kerap memicu kenakalan anak di usia remaja.
1. Mengganti perhatian dengan materi
Baca Juga:
7 Cara Mencegah Maraknya Kenakalan Remaja Menurut Pakar, Yuk Simak!
Kesibukan orangtua dengan pekerjaan seringkali banyak menyita waktu dan terkesan mengabaikan keluarga. Dampak terbesar tentu saja dirasakan oleh anak karena kehilangan perhatian dan sosok nyaman di keluarga.
Meski tidak semua orangtua yang berkerja jadi lalai dengan perannya, tapi tidak sedikit juga yang mengganti perhatian dengan materi.
Para orangtua ini jadi cenderung memanjakan anak dengan harta sebagai 'penebus dosa' karena waktunya habis untuk bekerja.
Sayangnya, sikap ini justru jadi cikal bakal kenakalan anak di masa depan. Perilaku memanjakan bukan cara memberi kasih sayang yang tepat.
Anak hanya akan terdoktrin dengan budaya materialistis dan berpotensi kehilangan empati pada sesama.
2. Tidak menjalin kedekatan emosional dengan anak
Anak di usia remaja yang dinilai nakal dan bandel hingga dilabeli berandalan sebenarnya hanya butuh teman. Mereka mencari tempat yang mau mendengar dan memperhatikan tapi lewat cara yang salah.
Anak-anak yang melakukan kenakalan biasanya tidak merasa memiliki teman di rumahnya sendiri. Mereka tidak memiliki kedekatan emosional bersama orangtua dan keluarga hingga kesulitan berbagi rasa.
Mereka kurang mendapat bimbingan saat dihadapkan pada situasi yang menekan mental. Dampakya, anak-anak ini mulai melampiaskan emosinya dengan cara yang salah dan berujung pada kenakalan.
3. Menerapkan pola asuh otoriter
Setiap orangtua biasanya memiliki pola asuh masing-masing. Namun, hampir sebagian besar justru lebih menerapkan sikap otoriter dan ingin anak-anaknya selalu patuh.
Meski nilai disiplin jadi poin positif, tapi potensi pembangkangan pun cukup tinggi.
Terlebih saat memasuki usia remaja, jiwa pemberontak anak sedang tinggi-tingginya. Sikap otoriter orangtua dianggap sebagai kekang dan anak merasa harus melawan karena ingin menunjukkan jati diri.
Semakin dikekang, anak cenderung semakin memberontak dan bisa berujung pada kenakalan.
4. Kurang memberi perhatian pada anak
Kasih sayang dan perhatian orangtua selalu menjadi kebutuhan utama seorang anak. Sayangnya, kesibukan kerap membuat orang tua jadi abai dalam memberi perhatian pada anak-anaknya.
Bahkan saat anak tidak meminta secara langsung, kebutuhan akan perhatian tetap wajib diberikan. Jika tidak, anak akan mencari perhatian di luar rumah yang seringkali justru berujung pada perilaku negatif.
Mulai dari perkelahian, narkoba, sampai penurunan prestasi belajar kerap jadi bentuk protes anak atas pengabaian orangtuanya.
Hal ini seharusnya jadi peringatan bagi orangtua untuk mengubah sikap dan lebih peduli pada anak.
Kenakalan remaja tidak sepenuhnya kesalahan mereka sendiri. Ada andil sikap orangtua yang membentuk atau bahkan memicu kenakalan tersebut.
Keluarga adalah awal, jadi tanamkan pendidikan pertama yang tepat demi mencegah potensi perilaku negatif anak di masa depan. [ast]