WahanaNews.co | Kutub bumi sedang mengalami panas ekstrem yang aneh secara simultan dengan bagian Antartika (Kutub Selatan) 70 derajat Fahrenheit (40 derajat Celcius) lebih hangat dari rata-rata dan daerah Arktik (Kutub Utara) 50 derajat F (30 derajat Celcius) lebih hangat dari rata-rata.
Stasiun cuaca di Antartika memecahkan rekor pada hari Jumat (18/3/2022), saat wilayah itu mendekati musim gugur.
Baca Juga:
BMKG Perkirakan Sebagian Besar Wilayah Sulawesi Utara Akan Mengalami Cuaca Ekstrem
Stasiun Concordia setinggi dua mil (3.234 meter) berada pada suhu 10 derajat F (-12,2 derajat Celcius), yaitu sekitar 70 derajat F lebih hangat dari rata-rata.
Sementara stasiun Vostok yang lebih tinggi mencatat di atas 0 derajat F (-17,7 derajat Celcius), mengalahkan rekor sepanjang masa lebih tinggi 27 derajat F (15 derajat C), menurut tweet dari pelacak catatan cuaca ekstrem, Maximiliano Herrera.
Pesisir Pangkalan Terra Nova (Antartika) jauh di atas titik beku pada 44,6 derajat F (7 derajat Celcius).
Baca Juga:
Siklon Tropis Yinxing Terpantau Dekati Indonesia, Ini Wilayah yang Terancam Cuaca Ekstrem
Ini mengejutkan para pejabat di Pusat Data Salju dan Es Nasional di Boulder, Colorado, karena mereka memperhatikan Kutub Utara, di mana suhunya 50 derajat F lebih hangat dari rata-rata, dan daerah di sekitar Kutub Utara mendekati atau pada titik leleh, yang benar-benar tidak biasa untuk pertengahan Maret, kata ilmuwan pusat es, Walt Meier.
"Mereka adalah musim yang berlawanan. Anda tidak melihat Kutub Utara dan Kutub Selatan keduanya mencair pada saat yang sama," kata Meier kepada The Associated Press, Jumat malam.
"Ini jelas kejadian yang tidak biasa. Ini cukup menakjubkan," tambah Meier.
"Wow. Saya belum pernah melihat yang seperti ini di Antartika," kata ilmuwan es Universitas Colorado Ted Scambos, yang baru saja kembali dari ekspedisi ke benua itu.
"Bukan pertanda baik ketika Anda melihat hal semacam itu terjadi," kata ahli meteorologi University of Wisconsin, Matthew Lazzara.
Lazzara memantau suhu di Dome C-ii Antartika Timur dan mencatat 14 derajat F (-10 derajat Celcius) pada hari Jumat, di mana normalnya adalah -45 derajat F (-43 derajat Celcius).
"Itu suhu yang seharusnya Anda lihat di bulan Januari, bukan Maret. Januari adalah musim panas di sana. Itu dramatis," katanya.
Baik Lazzara dan Meier mengatakan, apa yang terjadi di Antartika mungkin hanya peristiwa cuaca acak dan bukan tanda perubahan iklim.
Tetapi jika itu terjadi lagi atau berulang kali maka itu mungkin sesuatu yang perlu dikhawatirkan dan bagian dari pemanasan global, kata mereka.
Suhu hangat Antartika pertama kali dilaporkan oleh The Washington Post.
Benua Antartika secara keseluruhan pada hari Jumat sekitar 8,6 derajat F (4,8 derajat Celcius) lebih hangat dari suhu dasar antara 1979 dan 2000, menurut Penganalisis Iklim Universitas Maine, berdasarkan model cuaca Administrasi Atmosfer Kelautan Nasional AS.
Pemanasan 8 derajat di atas rata-rata yang sudah memanas tidak biasa, anggap saja seolah-olah seluruh Amerika Serikat 8 derajat lebih panas dari biasanya, kata Meier.
Pada saat yang sama, pada hari Jumat, Kutub Utara secara keseluruhan lebih hangat 6 derajat F (3,3 derajat C) daripada rata-rata tahun 1979 hingga 2000.
Sebagai perbandingan, dunia secara keseluruhan hanya 1,1 derajat F (0,6 derajat Celcius) di atas rata-rata 1979 hingga 2000. Secara global, rata-rata tahun 1979 hingga 2000 sekitar setengah derajat F (0,3 derajat Celcius) lebih hangat daripada rata-rata abad ke-20.
Apa yang membuat pemanasan Antartika benar-benar aneh adalah bahwa benua selatan --kecuali semenanjungnya yang rentan memanas dengan cepat dan kehilangan es dengan cepat-- belum banyak memanas, terutama jika dibandingkan dengan bagian dunia lainnya, kata Meier.
Antartika memang menetapkan rekor es laut musim panas terendah --rekor kembali ke 1979-- dengan menyusut menjadi 741.000 mil persegi (1,9 juta kilometer persegi) pada akhir Februari, pusat data salju dan es melaporkan.
"Apa yang mungkin terjadi adalah 'sungai atmosfer besar' yang dipompa dengan udara hangat dan lembab dari Pasifik ke selatan," kata Meier.
Dan di Kutub Utara, yang memanas dua hingga tiga kali lebih cepat daripada bagian dunia lainnya dan dianggap rentan terhadap perubahan iklim, udara Atlantik yang hangat datang ke utara di lepas pantai Greenland. [gun]