WahanaNews.co | Sejak penerbitan buku One Piece yang diterbitkan oleh penerbit Prancis, JBE Books, awal bulan ini menghebohkan publik.
Cetakan yang dibuat eksklusif bagi 50 orang kolektor itu memicu pro dan kontra.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
Karya tersebut didaulat sebagai buku terpanjang di dunia karena mencetak 21.450 halaman.
Setelah perdebatan panjang di media sosial, akhirnya penerbit Jepang Shueisha mengkonfirmasi bukunya adalah ilegal atau tidak berizin.
Seorang perwakilan penerbit Shueisha, Keita Murani, dari divisi hak cipta internasional, menuturkan itu adalah produk tidak resmi dan tak berizin.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
"Kami tidak memberikan izin kepada mereka," tegasnya, seperti dilansir dari Guardian, Jumat (23/9/2022).
Penerbit Shueisha menegaskan pemegang lisensi resmi yang ada di Prancis adalah Glenat.
"Penerbit Glenat adalah pemegang lisensi resmi yang menerbitkan manga One Piece di Prancis," ungkapnya lagi.
Awal bulan ini, JBE Books merilis 102 volume pertama manga One Piece karya Eiichiro Oda sebagai buku berjilid tunggal dengan 21.540 halaman. Sampulnya memuat berbagai adegan dari pertarungan yang ada di One Piece.
Sayangnya, JBE Books sama sekali tidak memberikan keterangan kalau buku itu adalah karya Eiichiro Oda. Nama sang mangaka sama sekali tidak ada di dalam cetakan buku tersebut.
Menurut juru bicara penerbit, mereka berdalih tidak ada pelanggaran hak cipta karena secara fisik mustahil untuk membaca buku tersebut. Mereka hanya mencetaknya secara terbatas sebanyak 50 eksemplar sebagai karya seni avante-garde yang disebutnya ONEPIECE (tanpa spasi dan berhuruf kapital).
Buku yang dicetak JBE Books dikreditkan ke seniman lainnya yang bernama Ilan Manoach. Bukunya juga digambarkan sebagai materialisasi ekosistem yang jenuh oleh media.
Satu buah cetakan buku dibanderol seharga 1.900 euro atau sekitar Rp 28 juta. Dalam keterangannya, JBE Books mengatakan buku tersebut dicetak sebagai komentar tentang budaya pembajakan oleh penggemar Online.
"Budaya partisipatif Online dan kemungkinan jaringan baru media telah mengintensifkan sifat komik di luar lingkup profesional, keahlian yang mapan dengan bentuk baru dan mengganggu budaya penggemar kewirausahaan. Pembaca memindai, menerjemahkan, dan mendistribusikan secara Online seri manga favorit mereka. ONEPIECE adalah produk dari sabuk produksi digital yang diperluas ini. Buku ONEPIECE bertujuan untuk "menggeser pemahaman komik digital dari pemeriksaan kualitatif kemungkinan formal komik digital ke penilaian ulang kuantitatif 'komik sebagai Big Data'," tukasnya.[zbr]