WahanaNews.co | Limbah popok sekali pakai atau pampers
jadi ancaman tersendri bagi lingkungan.
Komponennya, yang
didominasi plastik dan serat fiber, membuatnya sulit terurai secara
alami.
Baca Juga:
Dinas Pariwisata Magelang Ingatkan Pelaku Usaha Ciptakan Inovasi dan Publikasi Digital
Namun, di tangan
CEO Guna Olah Limbah (GOL), Archie Satria Nugroho, limbah popok sekali pakai
itu berhasil disulap jadi barang yang punya nilai ekonomi.
Lewat PT Guna Olah Limbah yang ia
dirikan pada tahun 20215 silam, Archie mengembangkan sebuah mesin dengan
teknologi hidrotermal yang dapat mengubah limbah popok menjadi berbagai
perabotan rumah tangga.
Mula-mula, limbah popok yang sudah
dibersihkan, dimasukkan ke dalam alat berbentuk tabung.
Baca Juga:
Pj Gubernur Gorontalo Rudy Salahuddin Dorong Kesiapan Skala Produksi Ekonomi Kreatif
Sesuai namanya, alat ini memanfaatkan
air (hidro) dan hawa panas (termal).
Bekerja pada suhu 150 derajat Celcius,
air dan panas tinggi membuat limbah popok lebih mudah diurai dan diolah menjadi
perkakas lain.
Setelah melalui proses di tabung
hidrotermal tadi, limbah popok itu dikeringkan.
Setelah kering, limbah popok tadi
dicacah menjadi serat yang kemudian dicampur dengan bahan lain, seperti semen, untuk dicetak menjadi beragam
perkakas, seperti jam dinding, vas bunga, hingga
pot tanaman.
Telah Melalui Penelitian Panjang
Kepada wartawan, Archie
berkisah, pengembangan alat yang bisa mengolah limbah popok bekas ini sudah
berjalan cukup panjang, tepatnya sejak tahun 2006.
Idenya dilatarbelakangi masalah
tumpukan limbah popok bekas yang mencemari sungai di sejumlah kota besar di
tanah air.
Saat proses penelitan dan pengolahan
limbah popok bekas ini, ia dan timnya mendapati area sekitar tempat penelitan
subur ditumbuhi tanaman liar.
Rupanya, tanaman liar itu tumbuh subur
pada bagian tanah yang terkena ceceran atau tumpahan cairan hasil pemroses
popok bekas tadi.
"Dari situ kami terpikir, oh pengolahan limbah popok ini ternyata punya potensi. Makanya kami langsung terpikir, yuk
kita seriusin yuk," tuturnya, saat berbincang dengan wartawan di Workshop Guna Olah
Limbah, yang berlokasi di kawasan Pasirhalang, Kabupaten Bandung
Barat, Jawa Barat, akhir pekan lalu.
Setelah melalui proses yang panjang,
GOL terus menyempurnakan alat ini yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat luas.
Bisa Mengolah Hampir Semua Limbah
Seiring perkembangannya, alat
hidrotermal ini semakin sempurna.
Bahkan, saat ini, alat tersebut bukan
hanya bisa mengolah limbah popok bekas dan produk sejenis seperti pembalut dan
popok sekali pakai untuk manula, alat ini juga bisa mengolah hampir semua jenis
limbah, baik organik maupun non-organik.
"Pada prinsipnya, alat kami bisa mengolah hampir semua sampah rumah tangga, kecuali batu, kaca dan logam," ungkap Archie.
Produk yang dihasilkanpun cukup
beragam bergantung pada jenis limbah yang dimasukkan.
"Kalau dia sampah sembarang, bisa
kita olah jadi briket. Kalau dia sampah organik seperti sisa makanan dan sampah
dapur, bisa kita olah jadi pupuk cair, pupuk padat hingga pakan ternak. Kotoran
pun bisa kita olah jadi pupuk pakai alat ini," bebernya.
Bukan hanya itu, dengan bantuan alat
lain yang menyematkan teknologi pirolisis, sampah plastik juga bisa diolah
menjadi minyak bakar sekelas minyak tanah.
Butuh Peran Banyak Pihak
Meski fungsinya tak diragukan lagi,
pemanfaatan alat ini dan upaya mendaur ulang sampah tentu tak bisa dilakukan
oleh GOL sendirian.
Butuh peran serta aktif bukan hanya
dari masyarakat, tapi juga pemangku kebijakan atau
pemerintah hingga industri yang produknya sering berakhir jadi limbah yang
mencemari lingkungan.
Ia melanjutkan, peran masyarakat bisa
dimulai dengan cara memilah atau memisahkan sampah yang mereka buang sesuai
dengan jenisnya.
"Memang, alat ini bisa mengolah
sampah secara sembarang. Tapi kalau sudah dipilah, produk yang dihasilkan bisa
punya nilai ekonomi yang lebih tinggi," tutur Archie.
Misalnya, sambung dia, bila sampah yang dimasukkan ke dalam alat tak dipilah, maka produk yang
dihasilkan hanya bisa sebatas bahan bakar padat seperti briket.
Sementara bila jenis limbah sudah
dipilah, misalnya saja limbah sisa makan dan sayuran, maka bisa menghasilkan
pupuk berkualitas tinggi.
"Kita udah bekerja sama dengan
petani di sekitar sini. Dan mereka happy pakau pupuk kita. Ini bisa jadi solusi
kelangkaan pupuk yang kita sering dengar," tutur dia lagi.
Sementara dari sisi pemerintah dan
industri, bisa membantu masalah pembiayan untuk mengoperasikan dan meneliti
alat ini agar lebih sempurna lagi di masa depan.
"Intinya kita semua harus
bergerak bareng-bareng," tandas dia. [dhn]