WahanaNews.co | Veda Ega Pratama (13), berhasil meraih podium ke 3 saat seri kedua ajang Asia Talent Cup (ATC) di sirkuit Losail, Qatar Minggu (6/3/2022).
Pebalap muda asal Gunungkidul, Yogyakarta, ini sudah membanggakan bangsa Indonesia dengan prestasinya tersebut.
Baca Juga:
Jadi Tuan Rumah, Veda Raih Podium Tertinggi IATC Mandalika
Saat mendatangi rumahnya, Veda ternyata masih berada di Jakarta menjalani karantina selama 3 hari setelah kepulangannya dari Qatar.
"Veda masih di Jakarta, kemungkinan akan langsung ke Mandalika (NTB) melanjutkan seri balapan dua pekan lagi," kata Sudarmono, ayah dari Veda ditemui di bengkelnya Kalurahan Sirawan, Wonosari, Selasa (8/3/2022).
Disela kesibukannya menyiapkan motor untuk berlatih anak didiknya, Sudarmono menceritakan kejutan anak pertamanya bisa meraih podium di Losail.
Baca Juga:
Marc Marquez Marah Usai Tes di Valencia
Saat race pertama, veda yang seharusnya menempuh 14 putaran, tetapi terhenti di putaran ketiga karena tersenggol pembalap lain.
Diakuinya, bocah kelas VII SMPN 2 Wonosari ini masih grogi saat debut perdana di kompetisi internasional
"Meski jatuh tersenggol pebalap lainnya, tetapi karena pertama kali juga masih ada demam panggung," ucap Sudarmono.
Saat jeda balap, Sudarmono menyempatkan untuk menghubungi anaknya dan memberikan motivasi, serta memberikan arahan agar langsung menyodok di posisi depan saat race kedua.
Benar saja, saat race kedua anak pertama ini langsung menyodok baris terdepan.
Saat balapan memasuki dua putaran akhir Veda sempat kehilangan traksi roda depan, tetapi bisa menyelamatkan diri.
Meski sempat kehilangan posisi kedua, turun ke posisi kelima, dia berhasil masuk tiga besar bersama pebalap Jepang, Amon Odaki posisi pertama, dan Hamad Al Sahouti di posisi kedua.
Gaya membalapnya yang impresif menuai pujian dari akun Twitter ATC, yang menyamakannya dengan pebalap Spanyol, Marc Marquez.
Perjalanan karier Veda
Veda sudah sejak balita bersinggungan dengan dunia balap, karena saat itu Sudarmono masih aktif sebagai pembalap Nasional.
Usia 4 tahun sudah mulai diperkenalkan sepeda motor, lalu usia 5 tahun sudah aktif latihan balap.
"Usia 6 tahun hingga 8 tahun ikut kejuaraan motocross, lalu usia 9 tahun pindah ke road race sampai sekarang," kata Sudarmono.
Dia mengatakan, pengalamannya sebagai pebalap motor bebek dan harus pindah ke motor sport cukup sulit penyesuaiannya, hal itulah yang menjadikan dirinya melatih sejak dini Veda menggunakan sepeda motor "cowok" ini.
Sebab, saat Sudarmono muda, saat itu harus memacu sepeda motor gede 600 CC dan berpindah ke sepeda motor bebek harus beradaptasi cukup lama. Dengan kegigihannya, Sudarmono mampu meraih podium di kejuaraan Suzuka 4 jam 2014 silam.
"Pengalaman itulah membuat saya ingin Veda sejak kecil menggunakan motor sport. Awalnya sulit, tetapi setelah itu saat turun di kejuraan menggunakan motor bebek jadi lebih mudah," kata dia.
Bahkan Veda menjadi juara nasional kelas pemula pada 2019 lalu.
Pada 2020, sebenarnya Veda berlaga di Thailand Talent cup (TCC) tetapi karena pandemi gagal.
Kemudian di 2021, dia mendapatkan wild card di Asia Talent Cup saat berlaga di Sirkuit Mandalika, saat itu menempati urutan ke 8.
Sudarmono mengatakan, dirinya memasukkan Veda di salah satu sekolah yang dikelola salah satu ATPM karena jenjangnya cukup jelas, dan dengan beasiswa.
"Saya ingin anak saya mengikuti jenjang yang jelas, sehingga mengasah skil membalapnya," ucap dia.
Setelah Asia Talent Cup jika lancar akan ikut kejuaraan di spanyol, dan jika lancar akan berlaga di Moto3 sebelum ke Moto GP.
"Mimpinya sih ke MotoGP, karena kita tahu sponsor di MotoGP sekarang banyak dari Indonesia. Potensinya terbuka," kata dia.
Latihan di pasar sapi
Sudarmono yang juga memiliki sekolah balap ini mengatakan, sejak 2016 dirinya memanfaatkan parkir Pasar Hewan Siono Harjo, Playen untuk berlatih bersama anaknya.
Pebalap era awal 2000 hingga 2015 ini memanfaatkan lahan sempit untuk berlatih menikung.
Selain itu, setiap seminggu sekali Veda diajak untuk bermain di sirkuit permanen wilayah Boyolali, dan Semarang, Jawa Tengah.
"Setiap jalan ke sana (Boyolali atau Semarang) kita kan melewati jalanan menikung, menanjak. Itu saya sering bilang perjalanan kita seperti ini (kondisi jalannya) jadi harus serius," kata dia.
Saat pandemi lalu, Veda berlatih di rumah dengan memanfaatkan fasilitas milik bapaknya, seperti simulator balap, hingga gym.
Disinggung untuk kegiatan sekolah, Sudarmono berharap tetap bisa sekolah formal, karena tak ingin Veda kehilangan masa mudanya hanya berkutat pada kegiatan balap.
"Sekolah itu menyenangkan, jangan sampai hilang," kata dia. [bay]