WahanaNews.co | Russian Privacy Affairs (RPA) menyatakan ada salah seorang pengguna Deep Web yang mengklaim memiliki sebanyak 1,5 miliar data pengguna Facebook dan ditawarkan di form hacker.
Diketahui, data yang dijajakan berisikan nama pengguna, alamat, alamat email, dan nomor telepon. RPA mengatakan penawaran tersebut diunggah oleh sang penjual ketika WhatsApp, Instagram dan Facebook down secara berjamaah pada Selasa (5/10/2021).
Baca Juga:
Iklan Aplikasi AI di Facebook Merebak, Waspada Akun Bisa Dicuri
Namun, Facebook membantah adanya isu kebocoran database dan data pribadi penggunanya. Facebook menegaskan tidak ada aktivitas jahat di balik padamnya layanan Facebook, Instagram dan WhatsApp.
"Kami ingin memastikan tidak ada aktivitas jahat di balik pemadaman ini. Akar masalahnya adalah perubahan konfigurasi yang salah di pihak kami," tegas Facebook dikutip dari laman Engineering Facebook, Rabu (6/10/2021).
Lebih lanjut Facebook juga mengatakan, "Kami juga tidak memiliki bukti bahwa data pengguna telah disusupi sebagai akibat dari waktu henti ini."
Baca Juga:
Aturan Baru Meta: Serang 'Zionis' di FB dan IG Bisa Berujung Penghapusan Konten
Dalam kesempatan yang sama, Facebook juga mengaku pihaknya bekerja keras untuk memulihkan akses sistem mereka. Perusahaan juga memberikan penjelasan mengenai penyebab Facebook, Instagram, dan WhatsApp down berjamaah.
"Tim engineering kami mengetahui, perubahan konfigurasi pada router backbone yang mengkoordinasikan lalu lintas jaringan antara data center kami menyebabkan masalah yang menganggu komunikasi ini," kata Tim Engineer Facebook.
Disebutkan pula, "Gangguan pada lalu lintas ini memiliki efek berjenjang pada cara pusat data kami berkomunikasi, sehingga menghentikan layanan kami."
Padam Selama 6 Jam
Diberitakan sebelumnya Facebook mengalami masalah akses selama 6 jam pada Selasa kemarin. Vice President of Engineering and Infrastructure Facebook Santosh Janardhan membeberkan penyebab gangguan tersebut.
Menurut Janardhan, saat pemeliharaan rutin, ada perintah yang dikirimkan untuk mengecek ketersediaan jaringan backbone yang menghubungkan semua fasilitas komputasi Facebook.
Tapi perintah ini justru memutus koneksi dan bug di sistem audit internal Facebook tidak bisa mencegah eksekusi perintah ini.
Begitu para teknisi memasuki area server, mereka berhasil membawa backbone kembali online dan memulihkan layanan secara perlahan.
Ini yang membuat proses pemulihan layanan Facebook memakan waktu lama, karena kalau langsung dipulihkan secara total akan menyebabkan crash yang lebih parah.
"Setiap kegagalan seperti ini adalah kesempatan untuk belajar dan menjadi lebih baik, dan ada banyak yang bisa kami pelajari dari peristiwa ini," kata Janardhan.
"Setelah tiap masalah, kecil dan besar, kami melakukan proses peninjauan yang ekstensif untuk memahami bagaimana kami bisa membuat sistem yang lebih tangguh. Proses itu sudah dimulai," pungkasnya. [rin]