WahanaNews.co | Dalam banyak hal, sering kali penilaian dan keputusan diambil berdasarkan penampilan dan sifat orang yang sedang kita hadapi.
Hal ini pun mungkin berlaku dalam hubungan percintaan. Keyakinan akan kesetiaan kekasih memang sangat bisa tercermin dari keseharian dan cara dia memperlakukan kita.
Baca Juga:
Polisi Biadab di Makassar, Dipergoki Selingkuh Lalu Seret Istri di Jalanan Pakai Mobil
Misalnya, pada pasangan yang posesif, maka kecederungan yang muncul dalam benak kita adalah, dia tak mungkin selingkuh. Dia tentu akan setia.
Mungkin, penilaian itu ada benarnya. Tapi, jangan juga keliru mengartikan sikap posesif pasangan.
Mungkin kamu berpikir si dia begitu mencintai dan tidak mau kehilanganmu.
Baca Juga:
Dugaan Penistaan Agama, Polda Metro Jaya Panggil Istri Pejabat Kemenhub
Sebab, ada sebuah studi yang menjabarkan, justru pasangan yang terlalu over-protective memiliki potensi selingkuh paling tinggi.
Masih mengacu pada temuan studi, ternyata pria posesif, umumnya insecure (tidak percaya diri) terhadap pasangan, juga lingkungan sekitarnya.
Hasil temuan ini berlandaskan penelitian yang dilakukan oleh tim di Florida State University, dan dilaporkan dalam jurnal Psychology Today.
Sekitar 200 pasangan yang baru menikah selama empat tahun, menjadi responden yang kredibel.
Selama riset, para responden secara teratur diminta untuk mengisi angket survei, seluruh pertanyaan berkisar seputar perasaan mereka terhadap pasangan masing-masing, dan bagaimana mereka merasa aman dalam biduk pernikahan.
Alhasil, ditemukan pasangan yang menunjukkan tingkah laku protektif ekstrim kepada pasangannya, sebenarnya mereka tengah membohongi diri sendiri.
Menuntut berbagai hal yang mustahil terhadap pasangan, merupakan indikasi dari seseorang yang tengah menyembunyikan sesuatu.
Temuan ini disimpulkan dari metode mengaitkan pembentukan sisi psikologis manusia di waktu sekarang, dengan fase tumbuh kembang, atau kanak-kanak.
Keluarga yang stabil dan hubungan orangtua yang harmonis akan menularkan perasaan “aman” kepada anak, yang mana hal ini berpengaruh pada cara mereka berumah tangga kelak.
Melihat orangtua yang saling mencintai dan setia satu sama lain, akan diterjemahkan oleh anak sebagai hubungan yang ideal, sehingga mereka akan mempercayai, merawat dan menjadikan kesejahteraan keluarga sebagai prioritas hidup.
Sebaliknya, mereka yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang tidak stabil, orangtua yang ‘dingin, atau yang lebih parah saling selingkuh di luar rumah.
Anak hasil didikan dari keluarga yang demikian, umumnya tumbuh menjadi seseorang yang tidak percaya diri, selalu merasa semua orang meninggalkannya, dan akhirnya menjadi posesif dan selalu curiga saat menikah.
Menurut Michelle Russell, psikolog yang memimpin penelitian, mereka yang takut ditinggalkan oleh pasangan cenderung lebih mudah berselingkuh, dengan alasan mencari rasa aman dari perempuan lain.
“Kecemasan menghasilkan ancaman bagi kehidupan intim berpasangan, sehingga memotivasi pasangan untuk mencari pasangan lain,” kata dia. [qnt]