WahanaNews.co | Bicara mengenai film kartun atau serial animasi asli Indonesia, tentunya tak bisa
dilepaskan dari Nussa.
Serial karya studio
animasi The Little Giantz dan 4Stripe Productions ini menceritakan
kehidupan sehari-hari Nussa, bocah laki-laki berusia 9 tahun yang periang dan
penuh semangat.
Baca Juga:
Deretan Drama Korea Paling Populer Juni 2025, dari Kisah Kembar hingga Dukun Pelajar
Walaupun harus menggunakan kaki palsu untuk menggantikan kaki
kirinya, Nussa tak pernah minder dan tetap beraktivitas
layaknya anak-anak normal seusianya.
Semangatnya mengejar cita-cita menjadi penghafal (hafizh) Alqur'an dan astronot tak pernah
padam.
Dia pun mendapatkan dukungan penuh dari sang ibunda, yang dipanggil Umma, dan Rara, adik perempuannya yang berusia 5 tahun, untuk menggapai cita citanya tersebut.
Baca Juga:
LSF dan Kemendikbud Tekankan Pentingnya Tontonan Aman untuk Anak
Dari kisah Nussa ini, sangat jelas animasi tersebut mengusung nuansa
Islami. Selain sebagai sarana hiburan, Nussa
memang disiapkan sebagai sarana edukasi sekaligus dakwah Islam bagi anak-anak.
Menurut Chief Executive Officer sekaligus Co-Founder The Little Giantz, Aditya Triantoro, Nussa sejak awal dirancang sebagai tontonan serta tuntunan bagi
anak-anak Indonesia, khususnya dari keluarga muslim.
Selain itu, Nussa juga
membawa pesan,
keterbatasan bukanlah penghalang untuk berkembang dan meraih cita-cita.
"Kami sengaja mendesain Nussa
sebagai seorang difabel.
Itu sebagai sebuah simbol. Anak difabel, tapi dia mampu melakukan hal-hal yang terkadang tuh [merasa], kok dia bisa kenapa saya
juga enggak bisa," kata Aditya.
Mengenai nuansa Islami yang dibawa oleh Nussa, Aditya menilai hal tersebut tak terlepas dari demografi
Indonesia yang penduduknya didominasi oleh muslim.
Selain itu, dia juga tak menampik bahwa lahirnya serial animasi
tersebut tak terlepas dari pengalaman pribadinya mendalami ajaran Islam.
Aditya menyebut tak sembarangan dalam mengangkat nilai-nilai
ajaran Islam lewat Nussa. Dirinya dan
tim selalu berkonsultasi dengan sejumlah pemuka agama dan komunitas-komunitas
Islam yang ada di tengah masyarakat sebelum menyiapkan jalan cerita serial
animasi tersebut.
Walaupun demikian, dia menegaskan, Nussa
tidak dibuat ekslusif untuk penganut Islam saja.
Menurutnya, serial animasi tersebut fokus mengangkat nilai-nilai
ajaran Islam yang sifatnya universal, khususnya nilai-nilai kebaikan.
"[Serial animasi ini] tetap mengajarkan hal-hal yang sifatnya
dasar, tentang salam, menghormati
orang tua, baca doa sebelum makan, baca doa sebelum kegiatan. Saya yakin, semua agama punya hal esensi yang sama," tuturnya.
Pro dan kontra memang ada, tetapi hal tersebut tak membuat Nussa kehilangan penggemarnya.
Antusiasme penonton pada serial animasi yang tayang di YouTube ini
justru makin tinggi. Hal tersebut membuat sejumlah televisi akhirnya tertarik
untuk menayangkannya.
Tentunya ketertarikan mereka disambut baik oleh Aditya dan
teman-temannya di The Little Giantz.
Dia menilai,
YouTube jangkauannya masih sangat terbatas di kota-kota
dengan jaringan internet yang memadai saja.
"Televisi masih jadi sarana atau andalan hiburan banyak
masyarakat Indonesia.
Lewat kehadiran Nussa
di televisi, kebaikan bisa disebarluaskan lebih luas lagi," katanya.
Tak hanya itu, Nussa
juga bersiap tayang di layar lebar, berkat ketertarikan Visinema
Pictures. Mereka ingin menjadikan Nussa The Movie sebagai film animasi perdananya.
Namun, kondisi pandemi Covid-19 tidak menutup kemungkinan akan
membuat rencana tersebut urung terlaksana.
Iseng-iseng
Berbeda dengan Nussa
yang membawa nilai-nilai Islami dan kebaikan, karakter animasi Si Nopal justru tampil dengan gaya
kocak.
Percakapan Nopal bersama keluarganya, seperti Cutie, Caty, Abah, dan Ibu, kerap mengundang gelak tawa.
Naufal Faridurrazak adalah sosok di balik serial animasi ini, yang beberapa waktu lalu sempat bekerjasama dengan Facebook untuk memberikan edukasi aman
menggunakan media sosial.
Menurut Naufal, Animasi Si
Nopal lahir dari kegemarannya menggambar komik ketika duduk di bangku
kuliah,
5 tahun silam.
Dia menciptakan beberapa karakter, sesuai dengan imajinasinya, menggunakan aplikasi di ponselnya atau perangkat
lunak di komputernya. Kemampuannya tersebut dipelajarinya secara otodidak.
Naufal mengaku tak berniat untuk mempopulerkan karyanya. Apa
yang dia lakukan sebatas untuk mengisi
waktu luangnya.
"Awalnya cuma iseng-iseng saja waktu kuliah, 2015.
Tapi kok
banyak yang suka. Pertama itu Si Nopal
komik yang terbit di webtoon CIAYO dan Facebook, terus stopmotion komik [yang diunggah ke] YouTube. Lama kelamaan malah jadi serial animasi yang tayang
pertama pada 2018," ungkapnya.
Kepopuleran animasi
Si Nopal di YouTube berhasil mencuri perhatian banyak pihak, tak terkecuali stasiun televisi
nasional. Beberapa pihak stasiun televisi nasional pernah mengajukan penawaran
tayang ke Naufal.
Namun, dia belum berani menerimanya, lantaran merasa tak memiliki sumber daya memadai
untuk memenuhi target yang diminta.
Naufal tak mempersoalkan biaya produksi, lantaran animasi Si Nopal masih
mengusung format animasi dua dimensi, yang notabene jauh lebih murah
dibandingkan format animasi tiga dimensi.
"Tim kami masih keluarga, bisa dibilang masih iseng-iseng juga. Enggak kuat kalau kejar tayang di
televisi begitu," katanya.
Animasi Si Nopal
memang bukan garapan studio animasi profesional, produksinya dilakukan dari
rumah Naufal di Bogor. Naufal dibantu adik kandungnya.
Adalah
adik kandung Naufal, Nadiah Rifatum Mumtaz, yang
mendapat tugas mengisi suara suara Cutie yang terdengar menggemaskan sekaligus
menyebalkan bagi sebagian orang.
Naufal punya harapan suatu saat karyanya bisa tayang di layar
lebar dan mendunia. Bersama dengan karya animator lainnya, dia bermimpi animasi
Indonesia akan mencuri perhatian dunia.
Sejauh ini, Si Nopal
cukup populer di kalangan pengguna internet di Malaysia.
Untuk menuju ke sana, dia berupaya memperkuat intellectual property terlebih dahulu, kemudian baru siap-siap
lainnya.
"Sekarang animasi kita ini maju dan potensial, udah banyak
yang tahun ini bisa ke layar lebar, dan makin banyak agensi yang produksi.
Makin ramai, tapi bukan berarti pasarnya enggak ada, masih luas," katanya. [qnt]