WahanaNews.co | Dengan buang hajat di toilet, Anda dapat membeli kopi atau pisang
di sebuah universitas di Korea Selatan (Korsel), yang
mengolah kotoran manusia menjadi listrik untuk menerangi gedung.
Mengutip Reuters, Cho Jae-weon, seorang profesor teknik perkotaan dan
lingkungan di Institut Sains dan Teknologi Nasional Ulsan (UNIST), telah
merancang toilet ramah lingkungan yang terhubung ke laboratorium, yang menggunakan kotoran untuk menghasilkan biogas dan pupuk
kandang.
Baca Juga:
Hadir Pada General Annual Meeting di Dakar Senegal Tahun 2014, Awal Bergabungnya ALPERKLINAS Ke FISUEL International
Toilet BeeVi --gabungan
kata lebah dan penglihatan-- menggunakan pompa vakum untuk
mengirim tinja ke tangki bawah tanah, sehingga mengurangi penggunaan air.
Di sana, mikroorganisme memecah limbah
menjadi metana, yang menjadi sumber listrik untuk bangunan itu, memasok gas
untuk kompor, pemanas air, dan sel bahan bakar oksida padat.
"Jika kita berpikir dengan perspektif
baru, tinja memiliki nilai berharga untuk memproduksi energi dan pupuk. Saya
memasukkan nilai ini ke dalam sirkulasi ekologis," kata Cho, seperti dikutip oleh Reuters.
Baca Juga:
Dukung Sektor Pariwisata, PLN Distribusi Jakarta Listriki Hotel Travello
Insinyur lingkungan itu menerangkan, rata-rata orang buang air besar sekitar 500 gram sehari, yang
dapat diubah menjadi 50 liter gas metana.
Gas ini dapat menghasilkan listrik 0,5 kWh.
Bila digunakan untuk bahan bakar
kendaraan, cukup untuk berkendara sejauh sekitar 1,2 km.
Cho telah merancang mata uang virtual
yang disebut Ggool, yang berarti madu dalam bahasa Korea.
Setiap orang yang menggunakan toilet
ramah lingkungan mendapatkan 10 Ggool
sehari.
Mahasiswa dapat menggunakan mata uang
tersebut untuk membeli barang-barang di kampus, mulai dari kopi hingga mie instan, buah-buahan, dan buku.
Para siswa dapat mengambil produk yang
mereka inginkan di toko dan memindai kode QR untuk membayar dengan Ggool.
"Saya dulu berpikir bahwa tinja
itu kotor. Namun, sekarang tinja adalah harta yang sangat berharga bagi
saya," kata Hui-jin, mahasiswa pascasarjana Heo, di pasar Ggool.
"Bahkan saat makan pun saya
membahas tentang tinja, memikirkan tentang buku-buku apa saja yang ingin saya
beli," imbuhnya. [dhn]