WahanaNews.co | Sejarah pemberian gelar pahlawan pada ahli waris, kadang menimbulkan sedikit kehebohan. Misalnya, jelang pemberian gelar Hari Pahlawan 10 November 1972, di masa pemerintahan Presiden Soeharto.
Seperti diberitakan Koran KOMPAS yang terbit pada 11 November 1972, atau sehari setelah pemberian gelar pahlawan kepada almarhum Wage Rudolf Soepratman sang komponis dan pencipta lagu "Indonesia Raya", Nyai Ahmad Dahlan, isteri dari pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan dan Osa Maliki Wangsadinata.
Baca Juga:
Pjs Bupati Fakfak Pimpin Upacara Peringatan Hari Pahlawan ke-79
KOMPAS memberitakan kedatangan isteri Soepratman, Ny Salmah, ke Istana Negara dengan wajah tampak telah tua, dengan rambut yang sudah memutih. "Ia tampak sederhana sekali mengenakan kebaya biru dengan selendang kuning dan tas tangan hitam," demikian berita KOMPAS.
Dikabarkan pula, awalnya ada pihak-pihak yang meragukan bahwa Ny Salmah adalah isteri WR Soepratman.
"Semula mengenai diri Ny. Salamah pernah agak dihebohkan karena adanyaa sanggahan-sanggahan sementara pihak bahwa ia bukan isteri WR Soepratman. Tapi persoalannya itu dapat diselesaikan dan Ny Salmah diakui sebagai isteri Pahlawan Nasional tersebut. Ia kini tinggal di Wisma Mulia Jatinegara bersama beberapa janda Pahlawan Nasional lainnya."
Baca Juga:
42 Ucapan Berkesan dan Penuh Semangat untuk Hari Kebangkitan Nasional 2024
Namun tidak diberitakan lebih jelas, siapa saja pihak yang menyanggah Ny Salmah sebagai isteri WR Soepratman itu.
kOMPAS menuliskan sosok WR Soepratman, yang di lahirkan di Jatinegara tahun 1903 dan meninggal dunia pada tahun 1939. Komponis lagu kebangsaan ini ditulis menjalani hidupnya sebagai pemain biola, guru, pengarang dan wartawan (di Sin po). Disamping lagu “Indonesia Raya” ia mengubah pula lagu-lagu “Surya Wirawan” dan “mars Parindra” lagu ciptaan yang jarang diketahui, antara lain “Perawan Desa”.
Sementara kepada almarhum Nyai Ahmad Dahlan, terutama karena jasa-jasanya dalam bidang pendidikan dan sosial.
Sementara almarhum Osa Maliki yang dilahirkan di Padalarang, 30 Desember 1907, meninggal dunia pada tanggal 15 September 1971 karena sebagai Ketua Umum PNI dan wakil ketua MPRS.
Ia dikenal sebagai seorang pejuang jang pernah dibuang di Digul. Almarhum jang sifatnya lembut ini mulai dikenal sekali namanja ketika pecah kasus dalam tubuh PNI dengan adanya PNI Osa-Oesep dan PNI A-Su pada masa-masa praGestapu. Almarhum juga memiliki bintang gerilja.
Disebutkan, upatjara di Istana itu berlangsung singkat, khidmat dan dihadiri oleh para Menteri, perwira-perwira tinggi ABRI (TNI) dan beberapa istri para Pahlawan Nasional lainnya, antara lain Ny. M. Yamin dan Ny. Poppy Sjahrir. [rin]