WahanaNews.co | Presiden Joko Widodo alias Jokowi menyebut, bencana geohidrometeorologi
di Indonesia meningkat signifikan setiap tahunnya.
Cuaca pun saat ini banyak dipengaruhi
perubahan iklim dan multibencana terjadi di waktu yang bersamaan.
Baca Juga:
BMKG Hang Nadim: Kota Batam Berpotensi Hujan Sepanjang Hari Ini
Hal ini disampaikan Jokowi dalam acara
Rakorbangnas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Kamis (29/7/2021).
Jokowi mengingatkan agar semua pihak meningkatkan kewaspadaan menghadapi kondisi tersebut.
"Negara kita, Indonesia ini, memiliki risiko bencana geohidrometeorologi yang tinggi. Jumlah
kejadian bencana geohidrometeorologi meningkat signifikan setiap
tahunnya," ujarnya.
Baca Juga:
Hingga 25 November: Prediksi BMKG Daerah Ini Berpotensi Cuaca Ekstrem
Apa itu geohidrometeorologi yang
disebut oleh Presiden Jokowi?
Bencana geohidrometeorologi atau
hidrometeorologi menjadi istilah yang mulai sering dibahas dalam isu lingkungan
beberapa tahun belakangan.
Dikutip dari National Geographic, pada dasarnya, bencana hidrometeorologi
merupakan bencana yang disebabkan oleh parameter-parameter meteorologi, seperti
suhu, tekanan, curah hujan, angin, kelembapan, dan yang lainnya.
Contoh bencana ini meliputi banjir,
kekeringan, badai, dan tanah longsor.
Diperparah Ulah Manusia dan Perubahan Iklim
Meningkatnya bencana hidrometeorologi
juga diperparah oleh kerusakan lingkungan akibat ulah manusia (antropogenik)
dan faktor perubahan iklim.
Khusus untuk banjir, longsor, dan
puting beliung, penyebab dominannya lebih ke antropogenik.
Eksploitasi lingkungan dan sumber daya
alam, perluasan lahan, serta perubahan fungsi hutan menjadi perkebunan atau
sawah pertanian dan permukiman tanpa diikuti kaidah-kaidah konservasi tanah dan
air, menyebabkan bencana jadi lebih sering terjadi.
Tak hanya banjir dan longsor,
kepadatan penduduk juga menyebabkan perubahan tekanan udara sehingga berpeluang
terjadi angin puting beliung karena udara bergerak dari daerah bertekanan
tinggi ke daerah bertekanan rendah.
Laporan dari Global Humanitarian Forum mengatakan, bencana hidrometeorologi akan
menjadi ancaman terbesar manusia pada tahun-tahun mendatang.
Apalagi ditambah dengan pemanasan
global yang berdampak pada menghangatnya suhu dan mencairnya es di kutub.
Perubahan iklim menjadi penyebab
meningkatnya bencana hidrometeorologi karena secara nyata telah mempengaruhi
terjadinya perubahan watak hujan dan cuaca.
Tidak hanya polanya, tapi intensitas,
durasi, dan sebaran curah hujan juga berubah.
Untuk mengatasi bencana
hidrometeorologi, perlu dilakukan pengembangan teknologi, pemantauan dan
prediksi kebencanaaan, penyusunan tata ruang yang sesuai tingkat kerentanan
bencana, serta kampanye untuk peningkatan pemahaman dampak dan pengurangan
risiko bencana.
Presiden Jokowi sendiri menyebutkan,
peringatan dini dari BMKG harus menjadi rujukan dan digunakan oleh para
pengambilan keputusan, baik di pemerintah pusat, daerah dan berbagai sektor.
Penting bagi suatu instasi maupun
pihak-pihak mana pun merancang kebijakan dan pembangunan memerhatikan
antisipasi kerawanan bencana. [qnt]