WahanaNews.co | Mulanya,
Yudha Asta (56), tidak merencanakan bisnis pempeknya secara serius. Usaha itu
merupakan rintisan anaknya pada 2014, cari uang jajan, katanya. Kala itu, ia
dan istri, Budi Prihatini (55), hanya bantu-bantu produksi. Untuk promosi semua
itu dilakukan anaknya.
Baca Juga:
Sindikat Jual Beli Bayi di FB, Tarif Dipatok Rp45 Juta Dibongkar Polisi
Setelah anaknya lulus kuliah, pasangan Yudha dan Budi mulai
membesarkan usaha itu. Sebab, anaknya sudah bekerja di perusahaan lain. Pada
2016, usahanya bisa bilang beruntung, karena menjamurnya layanan deliveri.
Akan tetapi, karena pandemi corona, usahanya yang terletak
di Kadirojo II, Purwomartani, Sleman, Yogyakarta, itu sepi. Pelanggannya yang
kebanyakan mahasiswa itu banyak yang pulang kampung.
"Saya juga nggak mau egois, warung sepi, dirasakan seluruh
pedagang, ini bikin sulit, gimana ya, pandemi membuat lebih sepi lagi," ujar
Yudha kepada kumparan, Selasa (9/2).
Baca Juga:
Dinas Pertanian Toba Tindak Tegas Penjual Pupuk Subsidi yang Langgar HET
Di tengah pandemi itu, justru muncul empati. Anaknya yang
merintis usaha itu, menawarkan donasi untuk membantu tenaga kesehatan (nakes)
dengan mengirimkan pempek.
"Dia posting, menarik follower untuk ikut donasi, misal ada
yang donasi 15 paket, kami tambahin. Jangan ada [nakes] yang nggak dapet,
kurang lebih seperti itu," tambahnya.
Ia mengaku, donasi itu untuk memberikan pertolongan kepada
tenaga medis. "Salah satunya membantu beri snack ya, walaupun nggak seberapa,
satu paket nggak kenyang, tapi kan, menolong nakes nggak repot-repot buka APD,"
ujarnya.
Seluruh orang merasa kerugian, mulai menghemat, mengurangi
jajan, ya jujur omzet turun. Sering juga nggak didatengin ojol sama sekali,
sebelum pandemi 15-20 ojol. Kami paham, dialami semua orang. Yudha Asta,
Pemilik Pempek Samsar
Meski begitu, donasi dari pelanggannya tak ada setiap hari.
Padahal banyak stok pempek yang masih ada. Karena itu, daripada kondisinya
rusak, lebih baik dibagikan ke sejumlah rumah sakit.
"Sudah banyak, seinget saya Panti Rapih, Hermina, Prambanan,
Bhayangkara, Sardjito dan Bethesda, karena ada orang donasi gak mau nyebutin,
mungkin privasi," tambah Yudha.
Dalam seminggu atau dua pekan, biasanya Yudha mengirimkan
paket pempek dua hingga empat kali.
Karena niat baiknya itu, sejumlah nakes banyak yang
mengucapkan terima kasih kepadanya. Pesan-pesan itu muncul di sela-sela ia
melayani pelanggannya.
"Jujur saya nggak mau update, kalau ada yang bilang
terima kasih, kami hanya perantara. Kami bilang oh itu dari costumer, dari si
A," kata Yudha.
Keluarga Yudha memulai hidup di Yogyakarta sejak 2010,
pindah dari Palembang. Ia dan istrinya merupakan pensiunan karyawan swasta.
Kebetulan, anaknya memang diterima kuliah di kota tersebut.
"Kami dari Palembang, jadi asli, resep asli, 2010 kami
pindah ke Jogja," pungkasnya.
Nama usahanya, pempek Samsar, itu berasal dari singkatan
Sambisari. Nama daerah yang dekat dengan lokasi warungnya. [dhn]