WahanaNews.co | Menjadi orangtua adalah pekerjaan seumur hidup yang harus dilakukan dengan tepat. Mengurus anak pun bukan hal yang mudah.
Pasalnya, anak akan tumbuh berdasarkan bagaimana cara orangtua mendidik dan mengasuhnya.
Baca Juga:
Skandal Daycare Depok: Pemilik Omzet Ratusan Juta Bayar Gaji Staf Cuma Rp 250 Ribu
Namun, bagaimana jika anak sering diurus oleh orang lain? Peristiwa ini dikisahkan dalam audio drama siniar Obrolan Meja Makan bertajuk “Jadi Babysitter Keponakanku” yang dapat diakses melalui tautan dik.si/OMMBabysitter.
Ternyata, sering menitipkan anak bisa menjadi pemicu atau akar dari uninvolved parenting. Terlebih, jika orangtua lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja. Lantas, apakah uninvolved parenting itu?
Apa Itu Uninvolved Parenting? Mengutip Choosing Therapy, uninvolved parenting juga dikenal sebagai pola asuh yang lalai.
Baca Juga:
Tips Ampuh agar Anak Tidak Stres
Ia diperlihatkan dengan orangtua yang memberikan sedikit atau tidak ada dukungan untuk anak-anak mereka dan tidak menuntut apa pun.
Orangtua dengan pola asuh ini dinilai kurang memberikan kehangatan, kasih sayang, dan aturan pada anak mereka.
Perilaku “lepas tangan” ini bisa berdampak pada perilaku negatif anak saat memasuki masa remaja, yaitu memiliki kontrol emosi dan prestasi akademik yang buruk.
Padahal, dalam Oktavia dan Nurhafizah (2020) disebutkan bahwa hubungan kelekatan berkembang melalui pengalaman anak dengan pengasuh di awal-awal kehidupannya.
Hubungan ini merupakan hubungan afektif atau hubungan emosional yang mampu menciptakan rasa aman dan nyaman.
Namun, bayangkan jika sang anak tak mendapatkan keamanan dan kenyamanan yang seharusnya ia rasakan.
Mereka tentu bisa menjadi sosok yang rapuh dan berperilaku buruk hanya untuk mendapat perhatian orangtua.
Meski begitu, menurut Sanvictores dan Mendez (2022) ada beberapa anak yang justru lebih ulet dan mandiri daripada anak-anak dengan pola asuh lainnya.
Namun, tentu saja keterampilan ini dikembangkan karena sang anak butuh dan tumbuh di lingkungan yang tepat. Jika pola pengasuhan ini terus dilakukan, bisa saja akan muncul kasus ekstrim, seperti pengabaian kebutuhan dasar.
Misalnya, mereka jadi tak peduli terhadap kebutuhan makanan, air, tempat tinggal, hingga kasih sayang anak. Alhasil, anak pun jadi terlantar.
Penyebab Uninvolved Parenting
Ada banyak faktor yang menyebabkan orangtua melakukan pola asuh ini.
Pertama, tak memiliki waktu yang cukup untuk mengurus anak karena kelelahan bekerja.
Orangtua yang bekerja dengan rentang waktu yang lama berpotensi mengabaikan sang anak. Terlebih, jika pekerjaan itu berada di luar kota atau negeri.
Kedua, yaitu ketidaksiapan menjadi orangtua. Pernikahan dini bisa menyebabkan timbulnya pola asuh ini.
Biasanya, hal ini muncul ketika orangtua sudah tak memiliki uang yang cukup, sementara kebutuhan sang anak terus membengkak.
Ketiga, adanya trauma karena pengalaman buruk. Misalnya, sang anak merupakan hasil pemerkosaan dan ibu tak mau mengurusnya karena selalu teringat peristiwa itu.
Jika mengalami perasaan ini, penanganan yang paling tepat adalah membawanya ke tenaga medis profesional.
Setelah memiliki anak, berikanlah pengasuhan semaksimal mungkin, ya, Moms and Dads.
Luangkan waktu sesekali untuk berinteraksi sepadat apa pun jadwal kalian. Jangan sampai si kecil jadi terlantar karena pola asuh yang salah. [rna]