WahanaNews.co | Pasukan peretas atau hacker Korea Utara (Korut) kembali
menjadi sorotan dunia, setelah muncul laporan dari Badan Intelijen Korea
Selatan bahwa mereka mencoba mencuri data vaksin Pfizer-BioNTech.
BIN
Seoul memberitahu parlemen bahwa hacker
Korut mencoba mencuri formula pembuatan vaksin Pfizer, kata anggota parlemen Ha
Tae-keung kepada para wartawan setelah sidang tertutup, dikutip dari AFP.
Baca Juga:
Korut Dituduh Curi Kripto Senilai Rp 5,7 Triliun di Tahun 2021
Korut
dikenal memiliki ribuan personel peretas terlatih yang telah menyerang
perusahaan, institusi, dan para peneliti di Korsel serta tempat-tempat lainnya.
Sebelum
kasus ini, hacker Korut pekan lalu
dilaporkan oleh PBB telah mencuri lebih dari 300 juta dollar AS (Rp 4,18
triliun) dalam bentuk kriptokurensi, untuk mendanai program senjatanya.
Lembaga-lembaga
keuangan dan perdagangan diretas untuk meraup dana bagi pengembangan nuklir dan
rudal Pyongyang, tulis dokumen PBB yang dikutip AFP.
Baca Juga:
Disebutkan
pula bahwa sebagian besar uang didapat dari dua pencurian akhir tahun lalu.
Kemampuan
perang dunia maya Pyongyang mulai menyita atensi dunia pada 2014, setelah
dituduh meretas Sony Pictures
Entertainment.
Peretasan
diduga dilakukan sebagai aksi balas dendam atas film satir The Interview yang mengejek Kim Jong Un.
Ulah hacker membuat beberapa potongan film
bocor meski belum tayang, dan banyak dokumen rahasia lainnya yang disebar
secara online.
Peretas
Korut juga dituduh melakukan pencurian besar-besaran senilai 81 juta dollar AS
(Rp 1,13 triliun) dari Bank Sentral Banglades, serta mencuri 60 juta dollar AS
(Rp 836,5 miliar) dari Bank Internasional Taiwan.
Hacker Korut juga disalahkan atas
serangan siber global ransomware WannaCry
2017, yang menyerang sekitar 300.000 komputer di 150 negara.
Ransomware itu mengenkripsi file pengguna dan
menuntut tebusan ratusan dollar dari pemiliknya agar bisa mendapatkan datanya
lagi.
Pyongyang
membantah tuduhan itu, dengan berkata "tidak melakukan apa-apa dalam
serangan siber."
Hingga
berita ini diunggah BIN Korsel belum berkomentar tentang laporan peretasan data
vaksin Pfizer oleh peretas Korea Utara. [dhn]