WahanaNews.co | Di usia yang tak lagi muda, Agus MD (62), warga Bukit Merapin, Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, masih terampil memainkan berbagai jenis gasing.
Tangannya dengan cekatan melilitkan tali pada sebuah gasing yang berwarna kecoklatan.
Baca Juga:
Kampanyekan Kendaraan Listrik, PLN Touring Motor Listrik Ramah Lingkungan
Gasing itu kemudian dilempar ke lantai dengan satu kibasan menggunakan tali.
Seketika, gasing pun berputar dengan cepat.
Meski terlihat mudah namun memainkan gasing butuh keahlian.
Baca Juga:
Bupati Dairi Targetkan 30 Ribu Siswa Tuntas Program Gasing November 2023
Apalagi dalam permainan gasing ada teknik memukul gasing hingga pecah.
Yakni gasing yang sedang berputar kencang ditimpa menggunakan gasing dari peserta lainnya.
Hal itu hanya bisa dilakukan para pemain yang sudah berpengalaman dengan tingkat presisi mumpuni.
"Inilah keseruan bermain gasing. Yang bisa menang dan menghancurkan gasing lawan disebut raja gasing," kata Agus, saat berbincang dengan wartawan, Minggu (7/11/2021).
Ingin Gasing Jadi Permainan Kelas Dunia
Agus bercita-cita, suatu saat gasing bisa menjadi permainan kelas dunia yang bisa dipertandingkan secara profesional.
Namun untuk membuat gasing diterima semua pihak bukanlah pekerjaan mudah.
Berbagai perwakilan daerah harus membuat kesepakatan tentang standarisasi permainan gasing.
Tidak hanya di Indonesia, standarisasi juga harus disepakati di tingkat Asean.
"Untuk standarisasi ini harus ilmiah dan hitungan poinnya jelas," ujar Agus.
Pertemuan Tingkat Asean
Agus merupakan salah satu master gasing nasional sekaligus ketua persatuan gasing Indonesia (Pergasi).
Agus menuturkan, pertemuan terakhir pengurus gasing tingkat Asean digelar di Pahang, Malaysia, pada tahun 2005.
Pertemuan itu berakhir deadlock.
Sebab, masing-masing pihak belum bisa menerima standarisasi permainan gasing daerah lain.
Agus pun ketika itu kukuh agar permainan gasing menggunakan sistem poin dan tidak diperbolehkan memukul gasing mati (gasing yang tidak berputar).
"Waktu itu perwakilan dari Malaysia memutar gasingnya secara serentak, kemudian diperbolehkan memukul gasing mati. Ini saya tidak terima. Kemudian gasing sebaiknya diukur dari berat bukan besar kecilnya," ungkap Agus.
Imbas belum adanya kesepakatan, eksibisi gasing tingkat Asean akhirnya belum bisa dilaksanakan.
"Hampir 16 tahun lamanya masih deadlock yang level Asean. Mudah-mudahan nanti bisa dibuka lagi di Bangka Belitung," harap Agus.
Tolak Tawaran Melatih di Malaysia
Untuk urusan permainan gasing, kata Agus, perwakilan Malaysia sangat agresif.
Mereka melihat gasing sebagai permainan tradisional yang punya nilai jual tinggi.
Tidak hanya di ajang kompetisi tapi juga bertujuan untuk pariwisata.
"Dua tahun sebelum pertemuan di Pahang, sekitar 2003 itu ada pertemuan juga di Melaka. Mereka nawari saya fasilitas dan 20.000 ringgit agar standarisasi gasing ini disepakati dan saya melatih di sana, tapi saya tolak," ujar Agus.
Penolakan itu, kata Agus, sebagai upaya mempertahankan jati diri bangsa.
Dalam kongres di tingkat Asean tidak hanya standarisasi yang dipersoalkan Agus.
Ia juga mengubah usulan nama perkumpulan dari Asean Top Spining Association (ATSA) menjadi Asean Gasing Association (AGA).
"Mereka sampai bilang usulan nama dari saya sudak dipakai dan standarisasi mereka juga minta segera disepakati," kenang bapak empat anak itu.
Ikut Pameran di Berbagai Negara
Meskipun deadlock terjadi, Agus tetap giat melestarikan permainan gasing.
Di rumahnya ada bengkel khusus untuk pembuatan gasing.
Selain itu Agus juga aktif mengikuti pameran gasing di berbagai negara.
"Terakhir Februari 2020 kami pameran di Perancis, mulai dari pembuatan hingga permainan ditampilkan," ujar Agus.
Menurut Agus, gasing yang lazim dipakai adalah gasing jantung.
Daerah rumpun Melayu seperti Bangka Belitung, Riau, mengenalnya sejak lama.
Bahkan di Pontianak dan Selong Mataram juga ada.
Pada momen ulang tahun Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ke-21 ini, Agus berharap permainan gasing kembali diangkat.
"Selama ini anak-anak sibuk bermain gadget, maka gasing ini bisa menjadi pilihan untuk membangun interaksi generasi muda. Dulu waktu di kampung-kampung malam kita ngumpul bermain gasing. Saat membersihkan kebun ada dahan pohon cukup besar lalu dibuat gasing," ucap Agus.
Sementara itu, Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Erzaldi Rosman, menyatakan dukungan untuk pengembangan permainan gasing.
"Kami menyadari ini warisan budaya tak benda, harus dilestarikan," ujar Erzaldi.
Pemerintah daerah kata Erzaldi siap memberikan bantuan demi menghadirkan kembali permainan gasing di tengah masyarakat. [qnt]