WAHANANEWS.CO, Jakarta - Dalam keseharian, manusia selalu dihadapkan pada beragam pilihan baik yang sederhana seperti menentukan menu makan siang, hingga keputusan besar yang berdampak pada karier atau hubungan.
Tak jarang, kita merasa ragu, bimbang, atau bahkan menyesal setelah memilih suatu langkah.
Baca Juga:
Kalah Telak, Tapi Berprestasi: Perjalanan Heroik Timnas U-17 di Piala Asia 2025
Apa yang sebenarnya memengaruhi kecenderungan kita untuk membuat keputusan yang tidak rasional?
Ada kalanya seseorang memilih secara impulsif atau bertindak melawan logika yang jelas, seolah-olah abai terhadap dampak jangka panjang.
Kondisi ini sering kali dikaitkan dengan sifat plin-plan atau ketidaktegasan dalam kepribadian.
Baca Juga:
Fakta Menarik di Balik Hari Logika Sedunia yang Jatuh pada 14 Januari
Namun, lebih dari itu, keputusan yang kita ambil sangat dipengaruhi oleh aspek emosional, psikologis, dan sosial yang bekerja di bawah sadar.
Berikut ini adalah beberapa alasan utama mengapa seseorang cenderung membuat keputusan yang tampaknya tidak logis:
1. Emosi yang Mengaburkan Nalar
Emosi berperan besar dalam proses pengambilan keputusan, sering kali melebihi kekuatan logika.
Ketika seseorang diliputi amarah, kecemasan, atau euforia, ia cenderung membuat keputusan yang terburu-buru dan menyesalinya di kemudian hari.
Contohnya, saat marah kita bisa mengatakan hal-hal menyakitkan tanpa berpikir panjang, atau saat terlalu senang, kita bisa tergoda mengambil risiko berlebihan seperti membeli barang mahal tanpa pertimbangan.
2. Bias Kognitif: Perangkap dalam Pikiran
Bias kognitif adalah pola pikir keliru yang dapat menyesatkan proses pengambilan keputusan. Misalnya:
Bias Konfirmasi: Kita cenderung hanya mencari informasi yang mendukung pendapat kita, sekalipun data yang berlawanan mungkin lebih akurat.
Efek Anchoring: Kita terlalu terpaku pada informasi awal yang diterima, seperti harga pembuka dalam negosiasi, dan menjadikannya acuan utama.
Efek Framing: Cara penyampaian informasi bisa memengaruhi pilihan kita. Sebuah pernyataan yang menyebutkan “95% aman” lebih menarik daripada “5% berisiko”, padahal maknanya sama.
Bias-bias ini sering kali bekerja di bawah sadar dan memengaruhi keputusan tanpa kita sadari.
3. Tekanan Sosial dan Pengaruh Lingkungan
Lingkungan sekitar sangat memengaruhi keputusan seseorang.
Kita bisa terdorong untuk mengikuti tren, memilih pekerjaan tertentu, atau membeli sesuatu hanya karena ingin diterima dalam lingkungan sosial.
Fenomena ini dikenal sebagai social desirability bias keinginan untuk dilihat baik oleh orang lain, meskipun pilihan tersebut tidak sesuai dengan keinginan pribadi.
Contohnya, seseorang mungkin memaksakan diri mengambil profesi tertentu demi status sosial, padahal hatinya tidak berada di sana.
Atau, membeli barang mahal hanya agar tidak dianggap ketinggalan zaman oleh teman-temannya.
Mengubah Pola Pengambilan Keputusan
Memahami akar penyebab dari keputusan yang irasional adalah langkah awal untuk memperbaikinya.
Dengan mengenali pengaruh emosi, bias kognitif, dan tekanan sosial, kita dapat lebih bijak dalam membuat keputusan yang selaras dengan nilai dan tujuan hidup pribadi.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]