Oleh: Drs. Thomson Hutasoit
Baca Juga:
Israel Rekomendasikan Kepada Pemerintah untuk Tutup Diaspora Demi Dana Agresi di Palestina
Putera-Puteri kawasan Kaldera Toba tersebar di perantauan
(Diaspora), baik di wilayah republik Indonesia maupun di Luar Negeri sungguh
tak terkira jumlahnya.
Diaspora kawasan Kaldera Toba telah memegang posisi penting
dan menentukan di berbagai bidang keahlian dan kepakaran masing-masing.
Baca Juga:
Gubernur Sumbar Katakan Keberadaan Bandara Internasional Minangkabau Gerakkan Ekonomi Provinsi
Diaspora kawasan Kaldera Toba banyak jadi politisi,
praktisi, birokrasi, enterpreneurships maupun cendekiawan ternama, baik tingkat
nasional maupun tingkat internasional.
Diaspora kawasan Kaldera Toba tersebut seharusnya aset maha
dahsyat mendorong percepatan kemajuan pembangunan kawasan Kaldera Toba,
sehingga stigma negatif "Peta Kemiskinan" tak akan pernah disandang
tanah leluhur (Bona Pasogit) bangso Batak.
Akan tetapi, sungguh sangat disayangkan dan dikesalkan,
capaian prestasi Diaspora kawasan Kaldera Toba tidak berkorelasi riil dengan
"kepedulian" dan semangat membangun Tano Batak asal-usul Diaspora
dimana pun berada.
Sehingga timbul pertanyaan besar, Apakah Diaspora kawasan
Kaldera Toba telah lupa dengan tanah leluhur (Bona Pasogit) nya....???
Pertanyaan ini tidaklah terlalu subyektif tendensius, sebab
apabila diperhatikan cermat dan seksama, masih beberapa orang Diaspora kawasan
Kaldera Toba memberi perhatian serius mendorong kemajuan selama ini.
Sebut saja misalnya, Jenderal Luhut Binsar Panjaitan dengan
yayasan pendidikan DEL di Kabupaten Toba Samosir, Jenderal TB Silalahi dengan
yayasan Soposurung di Balige, Kabupaten Toba Samosir, GM Panggabean dengan
Universitas Tapanuli Utara di Silangit Kabupaten Tapanuli Utara dan beberapa
orang lainnya yang telah menanamkan investasi di Bona Pasogit.
Padahal, sungguh banyak Diaspora kawasan Kaldera Toba
seharusnya mampu menanamkan investasi untuk mendongkrak percepatan kemajuan
pembangunan di tanah leluhur asal-usul Diaspora kawasan Kaldera Toba.
Jika para Diaspora kawasan Kaldera Toba tidak "holip di
mata, holip di roha" atau jauh di mata jauh di hati, maka percepatan
kemajuan pembangunan di kawasan Kaldera Toba tidak lah menjadi "Anak
Tiri" mengingat potensi besar dimiliki Diaspora tersebut di seluruh dunia.
Putera-Puteri Bona Pasogit di tanah perantauan sungguh luar
biasa kepintaran, kecerdasan, kejenialan anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
Hal itu bisa dibuktikan dari berbagai rekam jejak (track
record) capaian prestasi kinerja serta predikat prestisius Diaspora kawasan
Kaldera Toba di tingkat nasional maupun tingkat internasional.
Sehingga kawasan Kaldera Toba tidak layak dan pantas tertinggal
dari daerah-daerah lain, apalagi menyandang predikat "Peta
Kemiskinan".
Kawasan Kaldera Toba memiliki situs-situs heritage,
demografi, geografi, tanaman endemik obat-obatan serta kultur budaya spesifik
di atas bumi yang mengelilingi Danau Toba, danau terbesar kedua di dunia, danau
vulkanik terbesar di dunia adalah sebuah kawasan "sorga harapan" bagi
generasi berkelanjutan sepanjang sejarah.
Bahkan hingga kini masih banyak Diaspora berkeinginan
dikebumikan di Bona Pasogit di akhir hidupnya.
Karena itu pula lah lirik lagu "Arga do Bona ni Pinasa
di halak na bisuk marroha" sungguh menyentuh hati sanubari, pikuran paling
dalam sepanjang masa.
"Dao pe ho nuaeng marhuta, sambulon do na hot tongtong.
Sai ingot-ingot dung matua, sai ingot-ingot ma tu huta".
Artinya, dimana pun Diaspora berdomisili Bona Pasogit (Bona
ni Pinasa) tidak boleh lupa, dan kembali lah ke tanah leluhur.
Pengelolaan dan pengembangan Danau Toba destinasi wisata
kelas dunia digelontorkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada kunjungan 29-31
Juli 2019 dengan pagu anggaran sebesar Rp 2,4 triliyun pada anggaran APBN 2020
sesungguhnya adalah "Pilot Proyek" untuk mendrive percepatan kemajuan
pembangunan kawasan sekitar Kaldera Toba.
Karena itu, harus juga dimaknai komprehensif paripurna
instrumen pengungkit "Sinergitas Diaspora kawasan Kaldera Toba" untuk
menanamkan investasi di kawasan tersebut.
Sebab, sungguh tak masuk akal menggantungkan harapan
pengelolaan, percepatan pembangunan,
pengembangan kawasan Kaldera Toba kepada pemerintah semata.
Percepatan kemajuan pembangunan kawasan Kaldera Toba tanpa
"Sinergitas Diaspora" adalah khayalan outopis serta mimpi seribu satu
malam.
Dan hampir tak ada suatu daerah menjadi daerah maju dan
hebat tanpa dukungan, sokongan masyarakat beserta Diasporanya.
Bahkan, kearifan adat budaya leluhur mengatakan,
"Saribu panghail, sahalak pandangguri, dang adong na dapotan dekke".
Artinya, walau seberapa banyak mempromosikan, peduli,
berjuang keras mendorong percepatan kemajuan pembangunan di kawasan Kaldera
Toba, bila masih ada bicara nyinyir, bersuara miring, apalagi melakukan
provokasi tak masuk akal, maka semua akan sia-sia belaka.
Karena itu, seluruh stakeholders, masyarakat sekitar serta
Diaspora kawasan Kaldera Toba harus membangun sinergitas, dukung-mendukung,
bahu-membahu, sokong-menyokong, topang-menopang, baik konsep pemikiran,
finansial, spirit, dll sesuai kemampuan masing-masing sangat dibutuhkan.
Tidak boleh saling menyalahkan, merasa diri paling hebat
atau paranoid (pabilak-bilakhon, pamalo-malohon) serta memaksakan kehendak
terhadap orang dan/atau pihak lain.
Sinergitas kawasan Diaspora Kaldera Toba hendaknya
didasarkan pada "Aek godang tu aek laut, Dos ni roha sibahen na saut"
yakni; musyawarah-mufakat menggapai kemajuan, kemakmuran, kesejahteraan,
keadilan bagi seluruh masyarakat kawasan Kaldera Toba.
Pemerintah daerah kawasan Kaldera Toba harus segera
menginisiasi terbentuknya "Jembatan Komunikasi" dengan Diaspora
kawasan Kaldera Toba aset maha dahsyat untuk mendorong percepatan kemajuan
pembangunan kawasan Kaldera Toba. Bravo Kaldera Toba...! Bravo Diaspora Kaldera
Toba...! Horas Tano Batak...! (tum)
Penulis adalah pemerhati pembangunan dan budaya
sosial.