WahanaNews.co | René Descartes, lahir di La Haye, Prancis, pada 31
Maret 1596, dan meninggal di Stockholm, Swedia, 11 Februari 1650, pada umur 53 tahun, dikenal sebagai Renatus Cartesius dalam
literatur berbahasa Latin, merupakan seorang filsuf modern dan matematikawan
asal Prancis.
Karyanya yang dinilai paling penting
ialah Discours de la méthode (1637)
dan Meditationes de prima Philosophia
(1641).
Baca Juga:
Mengenal Sosok Bacalon Bupati Toba dr Suryadi, Bergerak Bidang Kesehatan Hingga Perjalanan Karirnya
Atas berbagai macam jasanya terhadap
ilmu fislafat, Descartes sering disebut sebagai bapak filsafat modern.
Descartes lahir di La Haye Touraine,
Prancis, dari sebuah
keluarga kaya raya.
Ayah Descartes merupakan Ketua Parlemen Inggris dan memiliki tanah yang cukup luas.
Baca Juga:
Diduga Lakukan Pelecehan Seksual, Unpar Berhentikan Dosen Syarif Maulana
Descartes menerima warisan berupa
tanah dari ayahnya ketika ayahnya meninggal, ia menjual tanah warisan itu, dan
menginvestasikan uangnya dengan pendapatan enam atau tujuh ribu franc per
tahun.
Descartes bersekolah di Universitas
Jesuit di La Fleche dari tahun 1604 hingga 1612.
Pengalaman yang ia dapatkan di sana
tampaknya telah memberikan dasar-dasar matematika modern walaupun
sebenarnya pendidikan itu berada di bidang hukum.
Pada tahun 1612, Descartes memutuskan
untuk pergi ke Paris, namun kehidupan sosial di sana dia anggap membosankan,
dan kemudian dia mengasingkan diri di Faubourg, daerah terpencil di Prancis, untuk menekuni ilmu Geometri.
Namun, teman-temannya menemukan dia di
tempat perasingan yang ia tinggali, maka untuk lebih mengisolasi diri,
Descartes memutuskan untuk mendaftar menjadi tentara Belanda pada tahun 1617.
Ketika Belanda dalam keadaan damai,
Descartes menikmati masa meditasinya tanpa gangguan selama dua tahun.
Tetapi, meletusnya Perang Tiga Puluh
Tahun mendorongnya untuk mendaftarkan diri sebagai tentara Bavaria (Jerman)
pada tahun 1619.
Di Bavaria inilah, selama musim dingin (1619-1620), dia mendapatkan pengalaman yang
dituangkannya ke dalam bukunya yang berjudul Discours de la Methode (Russel, 2007:733).
Descartes kadang dipanggil
"Penemu Filsafat Modern" dan "Bapak Matematika Modern",
karena dianggap sebagai salah satu sosok pemikir paling penting dan berpengaruh
dalam sejarah barat modern.
Ia menginspirasi generasi filsuf
kontemporer dan setelahnya, membawa mereka untuk membentuk apa yang sekarang
kita kenal sebagai rasionalisme kontinental, sebuah posisi filosofikal pada
Eropa abad ke-17 hingga abad ke-18.
Buah dari pemikirannya membuat sebuah
revolusi falsafi di Eropa karena pendekatan pemikirannya yang menyatakan bahwa
semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang itu bisa
berpikir.
Teori tersebut juga berarti
membuktikan keterbatasan kemampuan manusia dalam berpikir dan mengakui sesuatu
yang di luar kemampuan pemikiran manusia.
Karena itu, ia membedakan
"pikiran" dan "fisik".
"Pada akhirnya, kita mengakui
keberadaan kita karena adanya alam fikir," kata Descartes.
Dalam bahasa Latin kalimat ini adalah:
cogito ergo sum, sedangkan dalam bahasa Prancis adalah: Je pense donc je suis.
Arti keduanya adalah: "Aku berpikir
maka aku ada. (Ing: I think, therefore I
am atau I think, therefore I
exist)."
Meskipun lebih dikenal karena
karya-karya filosofinya, Descartes juga telah terkenal sebagai pencipta sistem
koordinat Kartesius, yang memengaruhi perkembangan dari ilmu kalkulus modern.
Descartes juga sempat menulis buku
sekitar tahun 1629, dengan judul Rules for the Direction of the Mind, yang memberikan garis-garis
besar dari metodenya.
Namun, buku ini tidak komplet dan
tampaknya Descartes tidak berniat untuk menerbitkannya.
Akhirnya, buku
tersebut diterbitkan untuk pertama kalinya lebih dari lima puluh tahun setelah
Descartes meninggal.
Dari tahun 1630 hingga tahun 1634,
Descartes menggunakan metodanya tersebut dalam penelitian ilmiah
guna mempelajari lebih mendalam tentang ilmu anatomi dan fisiologi, ia juga
melakukan penjajakan secara terpisah-pisah.
Sedikitnya, ada lima
poin dari ide Descartes yang punya pengaruh penting terhadap jalan pikiran
peradaban Eropa: (1) pandangan mekanis mengenai alam semesta; (2) sikap positif
terhadap penjajakan ilmiah; (3) tekanan dan pendekatan yang pada penggunaan
matematika dalam ilmu pengetahuan; (4) pembelaan terhadap dasar awal sikap
skeptis; dan (5) penitikpusatan perhatian terhadap epistemologi. [dhn]