Oleh: Drs. Thomson Hutasoit
Baca Juga:
Yonif 8 Marinir Harimau Putih Ikuti Pidato Kenegaraan Presiden RI
George Washington (1796) mengatakan, "Persatuan
sesungguhnya merupakan syarat utama bagi terpeliharanya kebebasan. Cinta Anda
harusnya membuat Anda menjaga orang lain".
MERAH PUTIH adalah visi kebangsaan Indonesia untuk
mempersatukan warna-warni kebhinnekaan bumi Nusantara (suku, agama, ras, dan
antargolongam/SARA) serta simbol-simbol sektarian-primordial lainnya kedalam
bingkai "Persatuan Indonesia" sesama anak bangsa dari Sabang hingga
Merauke, dari Miangas hingga Pulau Rote dengan segala kebhinnekaannya.
Baca Juga:
Danyonif Marinir 8 Hadiri Pidato Kenegaraan HUT RI Ke - 77
Sebagaimana dikatakan George Washington MERAH PUTIH
mempersatukan dan merajut segala warna-warni kebhinnekaan Indonesia membangsa
dan menegara diatas fondasi kuat dan kokoh Pancasila, UUD RI 1945, Bhinneka
Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) telah disepakati para
pendiri bangsa (founding fathers) dari kesadaran paling dalam dan kebesaran
jiwa syarat satu-satunya Indonesia Raksasa Dunia.
Sebab menurut Franklin Delano Roosevelt (1932) "Bangsa
yang tidak punya visi akan musnah".
Ketika warna-warni kebhinnekaan bumi Nusantara (suku, agama,
ras, dan antargolongan/SARA) dan fanatisme buta sektarian-prikordial saling
menonjolkan egoisme sektoral masing-masing maka rakyat Nusantara mudah dan
gampang diadudomba, dibenturkan satu sama lain, dan seluruh harta kekayaan bumi
Nusantara dikuras habis- habisan sumber pendapatan penjajah kolonial.
Kesamaan penderitaan kekejaman, kekejian, kebiadaban
penjajah kolonial itulah melahirkan kesadaran paling dalam putera- puteri terbaik
bumi Nusantara merajut dan mempersatukan warna-warni kebhinnekaan kedalam satu
warna kebangsaan Indonesia MERAH PUTIH membingkai segala perbedaan, keragaman,
kemajemukan atau kebhinnekaan anugerah Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa
Indonesia.
Harus disadari warna-warni suku, agama, ras, dan
antargolongan (SARA) dan simbol
sektarian-primordial lainnya adalah aset maha dahsyat bila dikelola
dengan baik dan benar serta symbiosis-mutualistis. Sebaliknya sumber gesekan, benturan, konflik bila
kebhinnekaan menonjolkan egoisme sektoral masing-masing.
Karena itulah dengan tegas dan gamblang Bung Karno
mengatakan Indonesia merdeka
diproklamasikan 17 Agustus 1945 bersama Bung Hatta adalah "satu
untuk semua, semua untuk satu, semua untuk semua" INDONESIA akan merayakan
HUT Kemerdekaan RI ke 76 tahun ini.
Negara RepublikIndonesia yang seharusnya telah selesai
memperdebatkan, mempolemikkan, mempersoalkan ideologi, dasar negara seiring
dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 sebagai maklumat ke
seluruh dunia lahirnya satu Negara-Bangsa merdeka, bersatu, berdaulat, ternyata
masih ada tarik-menarik kepentingan politik atas warna-warni (suku, agama, ras,
dan antargolongan/SARA) dan politik identitas maupun kepentingan partai
politik.
Buktinya, UUD RI yang ditetapkan 18 Agustus 1945 telah tiga
kali penggantian konstitusi, konstitusi UUDs (sementara) 1945, konstitusi UUDs
RIS, konstitusi UUDS 1950, kemudian melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali
ke UUD 1945 (tidak lagi diposisikan sebagai konstitusi sementara).
Pasca Reformasi 1998 UUD 1945 telah terjadi Amandemen empat
kali oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yakni; 1999, 2000, 2001, 2002,
namun selalu berujung pada kontroversi.
Pertama, yang tidak mengakui keabsahan UUD 1945 Amandemen
IV, artinya menganggap UUD 1945 masih berlaku; Kedua, yang tidak puas atas
produk Amandemen IV dan menghendaki penyempurnaan melalui Amandemen V; Ketiga,
yang menghendaki agar UUD 1945 Amandemen IV dipraktekkan untuk periode waktu
tertentu yang apabila terbukti masih perlu disempurnakan, baru dilakukan
Amandemen V; Keempat, yang menghendaki masuknya kembali 7-anak kalimat yang
tercantum dalam Piagam Jakarta ke dalam Pembukaan UUD; Kelima, yang menghendaki
perombakan total batang tubuh UUD 1945 dengan membuat yang baru sama sekali
karena UUD 1945 (original) bersifat sementara atau darurat; UUD 1945 Amandemen
IV sering dikeluhkan para pakar kenegaraan sebagai dibuat tanpa "Grand Design"
(Forum Bandung, 2009).
Sadar atau tidak, setuju atau tidak tarik- menarik
kepentingan politik atas fanatisme buta warna-warni (suku, agama, ras, dan
antargolongan/SARA), politik identitas dan kepentingan partai politik sering
menimbulkan polemik, gesekan, benturan, konflik kepentingan mengakibatkan
energi bangsa terbuang sia-sia.
Tujuh dekade lebih enerji bangsa lebih terkonsentrasi
menyelesaikan permasalahan tarik-menarik kepentingan fanatisme buta
sektarian-primordial, radikalisme, intoleransi, ekstrimisme, anarkhirme,
terorisme, libido haus kuasa partai politik, ancaman desintegrasi, pemberontakan, dll dibandingkan membangun
sumber daya manusia (SDM) untuk menggali dan mengefektifkan sumber daya alam
(SDA) melimpah ruah anugerah Tuhan Yang Maha Esa bagi bangsa Indonesia.
Indonesia diperlintasan garis khatulistiwa, di posisi silang
lalu lintas perdagangan internasional; dua samudera (Fasifik dan Hindia), dua
benua (Asia dan Australia) seharusnya pemain kunci geoekonomi, geopolitik di
dunia internasional bila tidak terjebak pertarungan warna-warni kebhinnekaan
yang seharusnya telah final dibawah MERAH PUTIH JATI DIRI INDONESIA.
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa di saat republik
didera bencana wabah pandemi corona desease 2019 (Covid-19) sepertinya terjadi
hal luar biasa "Sengsara membawa nikmat) karena MERAH PUTIH JATI DIRI
INDONESIA berkibar kembali di ruang angkasa membawa Indonesia raksasa dunia
ditandai "PESAWAT KEPRESIDENAN RI MERAH PUTIH" kado HUT Kemerdekaan
RI ke 76 sekaligus penegasan, pengukuhan kembali ke seluruh dunia "MERAH
PUTIH JATI DIRI INDONESIA MENUJU RAKSASA DUNIA".
Sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM) anugerah
Tuhan Yang Maha Esa akan dikelola sesuai Ajaran Bung Karno TRI SAKTI;
"Berdaulat dalam politik, Berkepribadian dalam kebudayaan, Berdiri Diatas
Kaki Sendiri (Berdikari) dalam ekonomi" menuju Indonesia Raksasa Dunia
bukanlah isapan jempol, mimpi di siang bolong, si pungguk rindukan bulan,
pelipur lara hati gundah gulana, dll bila tarik-menarik kebhinnekaan disudahi
dan diakhiri tuntas. KIBARKAN, KOBARKAN, GELORAKAN MERAH PUTIH JATI DIRI
INDONESIA. DIRGAHAYU HUT KEMERDEKAAN RI KE 76. BRAVO INDONESIA. HORAS......!!!
MERDEKA.....!!! Medan, 7 Agustus 2021. (tum)
Penulis adalah pemerhati pembangunan dan sosial
budaya