WahanaNews.co | Tiga musisi legendaris Batak, Bunthora Situmorang Trio Lasidos, Berman Simorangkir Parisma 71, Richard Damanik Evergreen hadir dalam satu panggung monumental di Hezron Resto, Cimanggis, Depok, Jawa Barat pada Selasa (23/11/2021).
Puluhan tahun lalu bagi pecinta musik Batak bukanlah hal yang sulit untuk mengingat karya dari 3 musisi legendaris ini.
Baca Juga:
Ribuan Penonton Memenuhi LMAC Super Hitz Festival 2024
Untuk mengulang kembali kenangan tentang ketiga penyanyi legendaris ini mari kita ulas satu persatu.
Dalam dunia artis batak kita mengenal sosok artis/penyanyi batak Bunthora Situmorang Trio Lasidos, dimana dalam lagu lagu ciptaannya sering mengandung makna ganda.
Jika diantara kita masih ingat lagu “Dewi” karya cipta Bunthora Situmorang, kira kira syairnya begini : “Anggo hatam tu au ito, natua tua mi do namamaksa ho, asa oloan mu tu tinodo nai mangido maaf ho tu au”, (Kalau kau mengatakan bahwa orangtua mu yang memaksamu untuk dijodohkan kepada orang pilihannya dan engkau datang minta maaf padaku).
Baca Juga:
Siap Seru Seruan di LMAC Super Hitz Fest 2024, Intip Rute dan Jadwal Performersnya!
Disini jelas kita akan terpaku terhadap kalimat, bahwa pengertiannya adalah yang sebenarnya tentang kepiluan seorang lelaki yang ditinggal oleh pacarnya.
Namun Bunthora memulai dengan kata sindiran halus, yang juga tidak selamanya untuk sosok pasangan wanita, tetapi juga untuk teman seperjuangan dalam Group Trio Lasidos.
Selanjutnya, Berman Simorangkir adalah salah satu personil dari Group vokal Batak legendaris, yaitu Parisma 71 yang eksis sampai tahun 1980-an, yang juga merupakan ayah dari Brianna Simorangkir, artis Nasional yang pernah membintangi serial remake Jinny Oh Jinny Datang Lagi di salah satu stasiun TV swasta Indonesia.
Saat berbincang bincang dengan WahanaNews, Berman menyebut kedekatan mereka sudah terjalin selama puluhan tahun, dimana mereka terbilang hampir sama dalam memulai karir di dunia tarik suara lagu Batak.
"Dahulu itu, untuk membuat rekaman tentu sangat sulit, tidak seperti sekarang, semua sudah instan, bahkan dari HP juga bisa, kalau dulu itu, kita memang harus berjuang mati matian untuk di lirik oleh industri rekaman, dan jika tidak konsisten dan sungguh-sungguh mungkin kita tidak akan bisa di kenal sampai sekarang".
Lanjut Berman, "Jadi kalau musisi seperti kami memang solid, karena kami saling merasa satu sama lain, bagaimana sulitnya perjuangan kami untuk sampai di industri rekaman dan menjadi terkenal di era 70-80 an".
Terakhir, Richard Damanik Evergreen, pembina PARBI (Persatuan Artis Batak Indonesia) yang juga merupakan pemilik dari Hezron Resto tempat mereka reuni.
Ini merupakan salah satu bukti kedekatan mereka dimana Hezron Resto milik sahabatnya baru dibuka kurang lebih 1 bulan, dan langsung mereka kunjungi. [rin]