WahanaNews.co | Museum Taman Prasasti di Jalan Tanah Abang Nomor 1, Jakarta Pusat, dulunya adalah kompleks pemakaman orang asing di Batavia.
Pada 9 Juli 1977, pemakaman yang dulunya bernama Kebon Jahe Kober tersebut pun diresmikan sebagai Museum Taman Prasasti oleh Gubernur Jakarta kala itu, Ali Sadikin.
Baca Juga:
Museum Of The Future di Dubai Salah Satu Terindah di Dunia
"Makam dengan nama Kebon Jahe Kober ini berdiri pada 28 September 1795, ada berbagai macam makam dari zaman VOC sampai pemerintahan Hindia Belanda," kata Humas dan Kemitraan Museum Kebangkitan Nasional, Danu Wibowo, yang menjadi pembicara dalam Jelajah Malam Museum, di Museum Taman Prasasti, dilansir dari Kompas, Sabtu (18/2/2023).
Saat ini museum tersebut memiliki 993 koleksi nisan di area seluas 1,3 hektar. Selain nisan, Museum Taman Prasasti juga memiliki peti yang mengangkut jenazah Presiden pertama Republik Indonesia (RI) Ir. Soekarno dan Wakil Presiden pertama RI Mohammad Hatta (Moh. Hatta).
Pengunjung bisa melihat kedua peti ini begitu memasuki halaman belakang museum. Peti berwarna coklat itu dilindungi kaca serta ditutupi atap, dan ditaruh lebih tinggi dari koleksi lainnya di Museum Taman Prasasti.
Baca Juga:
Museum TNI AL 'Jalesveva Jayamahe' Dibuka untuk Umum, Ungkap Kejayaan Maritim Indonesia
Peti jenazah milik Soekarno digunakan untuk mengantar jenazah Sang Proklamator dari RSPAD Gatot Subroto menuju Wisma Yaso (sekarang Museum Satria Mandala). Sementara itu, peti milik Moh. Hatta digunakan untuk mengantarkan jenazah Bapak Koperasi Indonesia tersebut menuju Tempat Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan.
Cerita di balik peti jenazah Presiden dan Wakil Presiden pertama RI
Peristiwa meninggalnya Soekarno
Soekarno atau Bung Karno wafat pada 21 Juni 1970 pukul 07.00 WIB di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD), Jakarta Pusat. Setelah dimandikan, jenazah Bung Karno dibaringkan dalam peti dan dibungkus dengan kain putih.
Kemudian, pukul 11.30 WIB, peti tersebut diberangkatkan ke Wisma Yaso menggunakan kereta jenazah, diikuti oleh mobil-mobil yang ditumpangi keluarga.
Iring-iringan kendaraan pembawa peti jenazah Bung Karno melewati Jalan Dr. Abdul Rachman, Pejambon, Merdeka Timur, Merdeka Selatan, M.H. Thamrin, Jenderal Sudirman, Jenderal Gatot Subroto, dan masuk ke Wisma Yaso.
Puluhan ribu orang dilaporkan memadati jalanan yang dilalui iring-iringan kendaraan pembawa peti jenazah. Mulai dari Wisma Yaso di Jalan Gatot Subroto hingga Pangkalan Udara TNI Angkatan Udara Halim Perdana Kusuma.
Jenazah Bung Karno lalu dikebumikan di Kota Blitar, Jawa Timu,r pada 22 Juni 1970, dengan upacara keagamaan yang dipimpin oleh Wakil Panglima Angkatan Bersenjata Jenderal TNI Maraden Panggabean.
Peristiwa meninggalnya Moh. Hatta
Moh. Hatta atau Bung Hatta wafat pada 14 Maret 1980 pukul 18.45 WIB di Rumah Sakit Dr. Tjipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat.
Bung Hatta dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir, Jakarta Selatan, sesuai dengan wasiat yang ingin dimakamkan di tengah-tengah masyarakat.
Jenazah Bung Hatta diberangkatkan dari Jalan Diponegoro untuk dimakamkan di TPU Tanah Kusir pada tanggal 15 Maret 1980 pukul 13.30 WIB melalui jalan Imam Bonjol, Jenderal Sudirman, Sisimangaraja, Bundaran Mayestik, Kebayoran Lama, dan Bintaro.
Puluhan ribu orang turut mengantarkan kepergian Bung hatta dengan memadati jalan-jalan yang dilalui iring-iringan kendaraan pembawa peti jenazah.
Prosesi pemakaman Bung Hatta dilakukan dengan upacara kenegaraan yang dipimpin oleh Wakil Presiden kala itu, Adam Malik. [ast]