Hal ini, kata
Jojo, tidak bisa dibiarkan dan harus dilawan dengan fakta yang benar dan
positif.
"Berita yang salah dan negatif kalau
bertubi-tubi datang tanpa dikoreksi maka akan dianggap masyarakat sebagai
kebenaran. Padahal kecemasan dan khawatir masyarakat harus dikelola agar
imunitas tidak turun," tegas pria yang juga Managing Director Imogen PR ini.
Baca Juga:
Pemprov Jateng Bentuk Posko Desk Pilkada Pantau Kerawanan dan Jaga Kondusifitas
Peran para praktisi kehumasan atau PR
sangat penting untuk membantu agar penyebaran informasi hoaks terkait isu Covid-19 bisa terhenti dengan memahami dan
memverifikasi sumber, dan kemudian memberikan klarifikasi lewat medium yang
diakses masyarakat.
Selain itu, memberikan literasi media
agar masyarakat bisa memilah dan menvalidasi informasi agar tidak terbawa arus
propaganda hoaks.
Beberapa poin yang bisa
dipertimbangkan, misalnya, mencari sumber yang dapat
dipercaya, menghindari berita dengan sumber tunggal dan melakukan kroscek ke
sumber terkait atau media-media nasional yang terpercaya.
Baca Juga:
Masinton Pasaribu Polisikan Wakil Ketua DPRD Tapteng Soal Tuduhan Kancing Baju Copot
"Biasakan mengidentifikasi dan
berpikir kritis, apakah sumbernya kredibel? Verifikasi dan lakukan kroscek materi melalui berbagai sumber.
Waspada namun tidak perlu panik," tegasnya.
"Peran media massa sebagai kontrol
sosial juga seharusnya berjalan agar infodemik dapat diredam.
Media harus menyajikan informasi yang
netral dan terpercaya serta tidak membuat panik massa. Tokoh-tokoh
PR juga harus ikut membantu menggiring narasi yang menenangkan publik," ujar
satu dari 10 tokoh PR Berpengaruh versi MAW Talks Award 2021 ini.