WahanaNews.co | Tahun
1994 silam, kawasan pantai Banyuwangi, Jawa Timur, pernah dihantam tsunami. Hingga
saat ini sebagian masyarakat mempercayai tanda-tanda alam akan terjadinya
tsunami.
Baca Juga:
Tsunami Setinggi 1 Meter Terdeteksi di Jepang Setelah Gempa Magnitudo 6,9
Ketua Desa Tangguh Bencana (Destana) Sarongan, Agus Salim
Afandi, mengatakan ada dua peristiwa janggal yang menjadi tanda jika akan
terjadi tsunami. Pertama, yakni ikan-ikan
terlihat menepi ke area pantai. Fenomena ikan minggir atau ikan-ikan tiba-tiba
menepi di pinggir pantai ini dipercaya karena di dalam laut sedang terjadi
peristiwa tak biasa.
"Kalau (tanda) tsunami itu, ikan minggir. Mereka tahu,
kok, terjadi ikan minggir ini akan terjadi sesuatu, warga pasti curiga,"
katanya saat dihubungi, belum lama ini.
Kemudian, air laut biasanya berbau lebih tajam dan menyengat
dari hari-hari biasanya. "Ini asinnya (air laut) menyengat sekali kalau
terjadi tsunami. Ini orang dulu (yang mengalami tsunami) yang bilang
begitu," kata dia.
Baca Juga:
Pakar BRIN Ungkap Usai Megathrust Selat Sunda Pecah Tsunami Bisa Hantam Jakarta 2,5 Jam
Benarkah banyak ikan yang menepi di pesisir dan laut yang
berbau tajam adalah tanda akan terjadi tsunami? Menjawab persoalan tersebut,
pakar Tektonik Aktif Geologi Gempa Bumi dari Universitas Gadjah Mada, Gayatri
Indah Marliyani pun angkat bicara menanggapi tanda tsunami terkait fenomena
ikan minggir dan laut bau.
"Isu aja itu," kata Gayatri, Minggu (13/6/2021).
Dijelaskannya, kalau sebelum ada gempa kemudian air laut surut, sehingga
ikan-ikan terdampar, hal itu bisa saja terjadi.
"Tapi kalau tidak ada kejadian gempa, tidak ada
kejadian apa-apa, lalu ada dibilang ikan menepi dan air laut berubah baunya,
itu belum ada korelasinya, sih," ujarnya.
Namun, jika kejadian itu terjadi sesudah kejadian gempa
besar di daerah subduksi sangat mungkin kearifan lokal yang dipercaya itu
terjadi.
Karena, gempa besar di daerah subduksi biasanya menyebabkan
air laut surut, bau garam menguap, dan bisa dijadikan tanda untuk meningkatkan
kewaspadaan, serta segeralah menuju ke tempat yang tinggi. "Tapi syaratnya
ya itu, ada kejadian gempa yang signifikan sebelumnya," jelasnya.
Sementara itu, Ahli Tsunami Indonesia Widjo Kongko
mengatakan, Jawa Selatan menghadap daerah subduksi dengan potensi ancaman gempa
bumi megathrust dan berpotensi memicu tsunami yang tinggi di Banyuwangi.
Ditegaskan Widjo, sampai saat ini belum ada teknologi yang
bisa memprediksi gempa yang dapat menyebabkan tsunami. Selain itu, belum ada
kajian yang mapan bagaimana hewan laut atau ikan dan atau fenomena air laut
yang relevan sebagai precusor atau prediksi gempa bumi dan tsunami.
"Saya kira yang saat ini terjadi yaitu adanya ikan
minggir bisa saja karena faktor lain, dan ini beberapa kali sudah pernah
terjadi sebelumnya dan tidak diikuti gempa atau tsunami," jelas Widjo. [dhn]