WahanaNews.co | Bagi pecinta kue kering, Kue Nastar pasti sudah tidak asing lagi menjadi sajian ketika hari raya Lebaran tiba. Kue dengan rasa yang nikmat ini memang begitu menggugah selera.
Tidak jarang, jika kita sudah mencicipinya sekali dijamin akan langsung ketagihan dan tidak bisa berhenti menyantapnya.
Baca Juga:
Kawal Arus Mudik Hingga Balik Lebaran 2024, PLN Siaga di Zona Utama Transportasi Publik
Biasanya, Nastar disuguhkan ketika perayaan Lebaran Idulfitri. Nastar akan ditata di dalam toples untuk para tamu.
Seringkali kita bertanya-tanya, mengapa kue dengan isi selai nanas ini diberi nama Nastar ya? Ternyata nama tersebut berasal dari Bahasa Belanda, yakni 'ananas' atau nanas dan 'taartjes' atau tart.
Jadi, bisa dibilang kue nastar merupakan tart dengan isian selai nanas. Kue nastar sendiri juga telah hadir sejak zaman penjajahan Belanda dulu loh !
Baca Juga:
PLN Siapkan SPKLU di Banyak Lokasi, Pemudik: Pakai Mobil Listrik Jadi Nyaman!
Sedangkan dalam Bahasa Inggris, kue nastar ini juga sering disebut Pineapple Tarts atau Pineapple Nastar Roll.
Dibalik manisnya nastar, menyimpan filosofi yang cukup menarik. Bagi etnis Tionghoa, nastar disebut sebagai ong lai yang berarti pir emas. Pir emas tersebut dipercaya sebagai simbol dari kemakmuran, rezeki dan dan keberuntungan.
Selain itu, awalnya, kue nastar pada zaman penjajah hanya menjadi bingkisan bagi kaum elit Belanda untuk mengunjungi sanak family di waktu Natal.
Lambat laun orang Indonesia mengikuti kebiasaan orang Belanda dengan memberi bingkisan berupa kue kering pada hari-hari besar, salah satunya Lebaran.
Kue nastar juga kerap jadi bingkisan untuk keluarga, sahabat, dan orang-orang terkasih di hari istimewa seperti lebaran ini.
Bahkan, saking praktisnya, bagi yang malas membuat, kini nastar sudah banyak diperjualbelikan di toko roti, toko kue, dan pasar swalayan dalam kemasan toples plastik.
Rasanya akan hampa, kurang nyaman, dan serasa ada yang kurang jika kue nastar tak ada di meja ruang tamu saat hari lebaran. Kue ini seakan jadi penyempurna di hari Lebaran setelah sebulan penuh berpuasa. [rin]