WahanaNews.co | Kendati ditempuh dalam jarak dan waktu yang sama, namun kebanyakan orang merasa perjalanan pulang lebih cepat ketimbang pergi.
Apakah Anda juga merasa begitu?
Baca Juga:
Sidang Kedua Praperadilan Sang Pencari Keadilan, Melky : Termohon Minta Waktu Beri Jawaban
Ternyata, ini ada hubungannya dengan cara kerja otak dalam memersepsikan waktu. Khususnya terkait jangka waktu sebuah aktivitas.
Pengajar mata kuliah Biofisika dan Kompleksitas pada program studi S2 Biofisika di Institut Pertanian Bogor (IPB), Husin Alatas, menyebut gejala ini dikenal sebagai Efek Kappa dalam disiplin ilmu psikologi dan neurosains.
Efek Kappa yaitu saat lama perjalanan dari satu tempat ke tempat lain bagi sebagian orang terasa berbeda, tepatnya ketika mereka pergi dan pulang.
Baca Juga:
7 Tips Meluangkan Waktu untuk Diri Sendiri, Salah Satunya Tetapkan Batasan!
Ia melanjutkan, secara fisika, jika menempuh jalur yang sama, tidak ada perbedaan jarak tempuh antara pergi dan pulang. Namun, waktu tempuh akan berbeda bila kecepatan saat pergi dan pulang berbeda.
"Jika pulang dengan kecepatan lebih besar dibanding pergi, tentu waktu pulang lebih singkat dari pergi, dan sebaliknya," jelas Guru Besar bidang Fisika Teori itu, Kamis (3/2/2022).
Mari kita anggap kecepatan saat pergi dan pulang tetap sama, sehingga waktu yang dibutuhkan pun secara fisika sama. Kendati demikian, sebagian orang mungkin akan tetap merasa bahwa waktu pulang lebih cepat karena dipengaruhi beberapa hal.
Salah satunya, cara kerja otak dalam merespons waktu.
Berdasarkan penjelasannya, Efek Kappa, yang terkait dengan persepsi terhadap jangka waktu aktivitas oleh otak, merupakan hal yang sangat kompleks dan melibatkan banyak bagian di otak.
Bukan hanya itu, dalam kondisi tertentu, persepsi ini mungkin saja ikut melibatkan hormon.
Persepsi waktu didasari atas informasi yang diolah oleh otak terkait dengan aktivitas yang dilakukan selama perjalanan.
"Rangsangan dari luar yang diterima berupa apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan, serta terkait pula dengan kondisi lingkungan yang menyertainya," terang Husin.
Semua hal tersebut lantas berdampak pada kemampuan otak dalam memersepsikan jangka waktu sebuah aktivitas.
Hal lain yang menyebabkan perjalanan pulang terasa lebih cepat daripada pergi adalah karena perjalanan pulang juga familiar.
Kembali ke persepsi waktu yang terasa lebih singkat saat pulang, patut diduga bahwa sedikitnya informasi mengenai tempat yang dituju saat pergi dan diketahuinya informasi tentang tempat tersebut saat pulang, menjadi salah satu hal yang memengaruhi cara otak dalam memersepsikan waktu tempuh.
Faktor tambahan, lanjut Husin, yang juga mungkin berperan adalah jenis aktivitas yang dilakukan selama perjalanan.
Aspek tersebut terkait erat dengan rangsangan yang diterima. Bila seseorang disibukkan dengan banyak hal selama perjalanan, persepsi waktu perjalanan yang singkat akan cenderung dirasakan.
"Sebagai kesimpulan, perbedaan waktu, berupa Efek Kappa, yang dirasakan antara pergi dan pulang merupakan fenomena yang terkait dengan cara otak memersepsikan waktu, dan tidak ada hubungannya dengan sifat waktu secara fisika," pungkas Husin. [qnt]