WahanaNews.co | Bisnis restoran, yang menjadi salah satu sektor di
pariwisata, masih "berdarah-darah" hingga
saat ini.
Contoh konkretnya, waralaba KFC di Indonesia, yang
sejak 2020 sempat menutup sementara gerai, pemotongan gaji pekerja, merumahkan
pekerja, hingga keuangan yang rugi besar, sampai didemo pekerjanya.
Baca Juga:
Pengamat CITA: Kenaikan Tarif Pajak Hiburan 40-75% Berdampak Signifikan pada Konsumen
Bagaimana dengan bisnis resto lainnya?
Jawabannya, sama saja.
Meski sudah memasuki bulan Puasa, yang biasanya dibarengi dengan
permintaan yang meningkat, namun jumlah restoran yang tutup kian bertambah
setiap harinya.
Pada September 2020 lalu, Persatuan
Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) sempat membuat survey, yang menyatakan jumlah restoran yang tutup permanen mencapai
1.100.
Baca Juga:
Protes Pelaku Usaha Spa Bali Terhadap Kenaikan Pajak PJBT yang Signifikan
"Belum ada yang mau buka lagi. Artinya, sekarang
prediksi saya sudah bertambah jadi 1.600-anlah restoran di mal dan luar mal
se-Jakarta. Keadaan seperti ini bukannya membaik, tapi nggak ada pergerakan. Sales nggak tumbuh, flat.
Kuenya tambah kecil," kata Wakil Ketua Umum PHRI bidang Restoran, Emil Arifin, kepada wartawan, Kamis
(15/4/2021).
Ia bilang,
mengecilnya kue itu karena banyak pelaku usaha baru yang
membuka bisnis di bidang makanan dan menjualnya secara online.
Bahkan, banyak
juga mantan pegawai restoran yang mulai menjalankan bisnis lain.
Mereka membuka usaha karena sudah
tidak lagi bekerja di restoran dan berbisnis demi bertahan hidup.
"Ada juga saya diajak, datang
saja Pak ke tempat saya, sekarang jual nasi goreng. Memang masih kecil-kecil, tapi mereka bisa makan dari hasil jualan di hari itu, jadi nggak
usah mencari (kerja) lagi," katanya.
Emil bilang, banyaknya
pegawai yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) itu karena
pelaku usaha sudah tidak kuat lagi menahan beban biaya pegawai.
Demi bisa bertahan, banyak pelaku
usaha restoran yang akhirnya memilih menutup banyak gerai dan membuka sebagian
restoran yang dinilai paling prospek.
"Ada beberapa teman, awalnya punya 22 restoran, sekarang tinggal 11 restoran. Ada yang
mulanya 25 restoran, sekarang 8 restoran, banyak yang menurunkan. Karena susah
nggak ada pengunjungnya, menu dikurangi, orang atau pegawai juga dikurangi,
nggak bisa kalau nggak dikurangi," jelas Emil. [qnt]