Oleh JANSEN SINAMO
Baca Juga:
EMPAT biji kelapa sawit asal Nigeria yang dikecambahkan dan
ditanam Belanda tahun 1848 --melengkapi koleksi tanaman di Kebun Raya Bogor
waktu itu-- di luar dugaan siapapun, dewasa ini telah berkembang berlipat ganda
menjadi 2,5 miliar pohon sawit, yang dibudidayakan pada lahan seluas 16,5 juta
hektar kebun sawit Indonesia, dari Aceh hingga Papua.
Bila
disatukan, kebun sawit seluas ini akan memenuhi seluruh Pulau Jawa dan Madura;
diusahai oleh perkebunan rakyat (41%), perkebunan negara (4%), serta korporasi
swasta sedang dan raksasa (55%).
Menghasilkan
sekitar 40 juta ton CPO, sektor usaha sawit telah menyediakan lapangan kerja
bagi sekitar 30 juta rakyat Indonesia, dari hulu hingga hilir: petani, buruh,
pemanen, pemasok, kontraktor, sopir, teknisi, manager, ilmuwan, insinyur,
konsultan, administrator, pedagang, satpam, dan sebagainya.
Sawit
dan produk-produk sampingannya serta turunannya menciptakan ratusan jenis
pekerjaan spesialistik, makin ke hilir makin banyak, makin bermuatan ilmu
(kimia, biologi, fisika, teknik, manajemen, sosial) yang canggih, dan serentak
makin bernilai ekonomis tinggi.
Baru
saja dua bulan kita ketahui, dengan bantuan berbagai katalis kimia, minyak
sawit mentah (CPO) seluruhnya dapat diubah menjadi solar, bensin, dan avtur:
kategori BBM ramah lingkungan, yakni energi baru terbarukan; yang dapat
menggantikan seluruh energi BMG (batubara, minyak, dan gas) dari fosil yang
sarat polusi.
Inovasi
para insinyur ITB ini dengan serta merta menempatkan sawit pada posisi migas di
awal 1970an, dalam industri petrokimia yang menjadi motor ekonomi raksasa bagi
Indonesia Orde Baru.
Sekitar
50 tahun silam, sawit itu berarti minyak goreng dan sabun saja; namun
belakangan dengan paradigma teknik kimia-fisika-biologi sawit ternyata bisa
menghasilkan listrik, pupuk --selain minyak goreng dan sabun-- serta derivatif
oleokimia untuk kosmetika, puluhan jenis lemak nabati untuk memperkaya beragam
makanan dan minuman yang dijual di semua rak supermarket modern.
Lanjutan
inovasi biofuel di atas masih kita tunggu menjadi bioplastik dan keluarganya;
atau sebaliknya plastik-plastik hidrokarbon (sampah) menjadi pupuk dan atau
listrik.
Sampai
di sini, tidak salah mengatakan: kelapa sawit yang bernama ilmiah Elaeis guineensis itu, yang tumbuh
sangat bagus di daerah tropis, merupakan tanaman yang paling banyak guna
bagi umat manusia di muka bumi ini.
Diberkatilah semua pohon sawit.(Jansen Sinamo, Kontributor)-qnt