WahanaNews.co | Petamburan, nama salah satu kelurahan di wilayah Kecamatan Tanah Abang,
Jakarta Pusat, ini tak asing lagi di telinga.
Bagi warga Ibu Kota, pastinya tak akan sulit untuk menjangkau wilayah yang berbatasan
langsung dengan Jakarta Barat ini.
Baca Juga:
HRS Sebut ‘Negara Darurat Kebohongan’, Pengacara: Itu Dakwah
Kembalinya Rizieq Shihab, yang merupakan pentolan Front Pembela Islam (FPI), ke Tanah Air, membuat nama Petamburan kembali sering
didengar masyarakat Indonesia melalui berbagai macam media massa.
Ya, karena di
Petamburan inilah berdiri Markas Pusat FPI.
Lalu, bagaiman
asal muasal nama Petamburan itu?
Baca Juga:
Habib Rizieq Bebas, Ini Respon Pecinta HRS di Majalengka
Tak banyak informasi detail yang menjabarkan
bagaimana asal muasal nama Petamburan.
Namun, dilansir dari encyclopedia.jakarta-tourism.go.id, nama
Petamburan ini bermula pada riwayat masa lalu karena di daerah
tersebut ada seorang penabuh tambur.
Tambur, dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dilansir melalui kbbi.web.id, berarti alat musik pukul, berbentuk
bundar dibuat dari kulit yang berbingkai; genderang.
Pada masa lampau, ada seorang penabuh
tambur yang sangat tersohor di wilayah itu. Penabuh tambur tersebut terkenal ahli.
Suatu hari, sang
penabuh tambur ini meninggal dunia, dan konon jenazahnya dimakamkan di
bawah pohon jati.
Karena itulah banyak orang menyebut
kawasan tersebut dengan Jati Petamburan. Namun, bagi
warga Jakarta, daerah itu lebih dikenal dan disebut Petamburan.
Nama Petamburan itu kini kembali santer di telinga masyarakat. Ini
terkait kepulangan Rizieq Shihab, yang merupakan pentolan FPI.
Markas Pusat FPI sendiri saat ini memang berada di Kawasan Petamburan, Jakarta Pusat. Dan, nama Rizieq Shihab seolah seolah tidak bisa dipisahkan dengan FPI.
Diketahui, Rizieq Shihab memiliki nama lengkap Muhammad Rizieq Husein Shibab.
Dia dikenal orang dengan sebutan Habib Rizieq Shihab, seorang ulama yang sekaligus didaulat sebagai Imam Besar FPI.
Dilahirkan di Jakarta, 24 Agustus 1966, Rizieq merupakan anak Habib Hussein Shihab dan
Syarifah Sidah al-Attas.
Dikutip dari buku berjudul Sisi Lain Habib Rizieq karya Fikry
Muhammadi, sejak kecil pentolan FPI itu adalah seorang anak yang sudah dibesarkan
di tengah lingkungan keluarga Hadhrami.
Namun, uniknya, Habib Rizieq tidak mengenyam pendidikan formal atau semiformal
agama di madrasah. Dia juga tidak menimba ilmu agama di pesantren.
Habib Rizieq malah bersekolah di SMP
Bethel di dekat rumahnya, Petamburan, Jakarta Pusat.
"Sebelumnya, Ayip
(Habib Rizieq) kecil bersekolah di SDN 01 Petamburan, kemudian melanjutkan ke
SMP Kristen Bethel. Di tingkat lanjut, beliau sekolah di SMAN 4 Gambir, Jakarta
Pusat," tulis buku Sisi Lain Habib Rizieq, sebagaimana dikutip pada Jumat (4/12/2020).
Di saat duduk di bangku SMA, Rizieq
memiliki kebiasaan yang berbeda dengan teman-teman seusianya.
Ketika remaja lainnya sibuk mencari
jatidiri, dia aktif dalam pengajian keliling mingguan.
Melansir dari sumber lain, yaitu Wikipedia, pada
1983, Rizieq mengambil
kelas Bahasa Arab di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LPIA).
Satu tahun menempuh studi di sana, Rizieq
mendapatkan tawaran beasiswa dari Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk kuliah
di Arab Saudi.
Ia pun melanjutkan program sarjana jurusan
Studi Agama Islam (Fiqih dan Ushuk Fiqh) ke King Saud University, yang ditempuhnya selama empat tahun.
Lalu, di tahun
1990, Rizieq lulus lengkap dengan predikat Cum
Laude.
Rizieq pun sempat
mengambil program pascasarjana di Universitas Islam Internasional Malaysia
selama satu tahun. Namun, dia kembali ke Tanah Air karena
alasan biaya.
Beberapa tahun kemudian, dia mengambil kuliah di bidang syari'ah dan meraih gelar Master
of Arts (MA) pada 2008 di Universitas Malaya.
Tesisnya berjudul Pengaruh Pancasila terhadap
Pelaksanaan Syariat Islam di Indonesia.
Pada tahun 2012, Rizieq kembali ke
Malaysia dan melanjutkan program pendidikan Doktor
dalam program Dakwah dan Manajemen di Fakultas Kepemimpinan dan Pengurusan
Universiti Sains Islam Malaysia (USIM).
Saat ini, ia sedang
menyelesaikan disertasinya yang berjudul Perbedaan
Asal dan Cabang Ahlussunah Wal Jama'ah, di bawah
pengawasan Prof Dr Kamaluddin Nurdin Marjuni dan Dr Ahmed Abdul Malek dari
Nigeria. [dhn]