WahanaNews.co | Pencakar langit tertinggi di
Indonesia, yakni Autograph Tower, yang
menjadi bagian dari kompleks pengembangan mixed
useThamrin Nine, akan segera rampung.
Gedung
ini dirancang dengan ketinggian 382,9 meter yang mencakup beragam fungsi.
Baca Juga:
Kadiv Humas Polri : Nama Calon Wakapolri Sudah ada, Saat ini Sedang Dalam Proses Pemilihan.
Mulai
dari apartemen, apartemen servis, area ritel komersial, hotel, serta
perkantoran.
Kendati
masih dalam tahap penyelesaian, namun Autograph
Tower dianggap sebagai pencakar langit tertinggi di Indonesia, karena
secara struktural dan arsitektural telah menembus 382,9.
Dengan
ketinggiannya ini, Autograph Tower
masuk dalam kategorisupertall
atau lebih dari 300 meter, mengalahkan pemegang rekor gedung tertinggi
eksisting yang sudah beroperasi, yakni Gama Tower
milik Gama Land.
Baca Juga:
Rapat Paripurna Sahkan RUU Daerah Khusus Jakarta Jadi Usul Inisiatif DPR
Lokasi
Thamrin Nine sangat strategis dan dikelilingi pusat transportasi publik,
seperti halte Transjakarta, yang terkoneksi langsung ke MRT, dan Commuter Line,
sehingga memberikan kemudahan akses menuju Bandara Internasional
Soekarno-Hatta.
Berada
di jantung Kota Jakarta dan memiliki sejumlah fasilitas lengkap, membuat
pembangunan mixed useThamrin
Nine ini menelan investasi senilai Rp 7 triliun.
Sebelum
konstruksi mencapai struktur atas, angka investasi yang disebutkan sebesar Rp 6
triliun.
Thamrin
Nine dimiliki dan dikembangkan PT Putra Gaya Wahana (PGW), sebuah perusahaan
yang bergerak di sektor properti.
PGW
didirikan pada tahun 1993, dan dikenal karena Gedung UOB-nya, yang merupakan
salah satu gedung jangkung paling khas menghiasi cakrawala koridor Thamrin.
Sukses
dengan gedung ini, PGW pun mengubah wajah Jakarta dengan mengembangkan Thamrin
Nine.
Kawasan
ini menawarkan banyak pilihan bagi warga Jakarta, mulai dari tempat tinggal,
gedung olahraga, pusat ritel, dan hiburan, hingga hotel berbintang 4 dan 6.
Namun, jauh
sebelum menorehkan rekam jejak di sektor properti, ternyata PGW memiliki bisnis
inti berupa industri tekstil.
Sayangnya,
industri tekstil mengalami titik balik dan mengalami perlambatan sejak kurun
2009 hingga kemudian jatuh.
Kejatuhan
industri tekstil ditandai bangkrutnya ratusan perusahaan tekstil di Jawa Barat
dan Jawa Tengah.
Pada
2019, tercatat 188 perusahaan gulung tikar.
PGW pun
banting setir ke industri properti yang lebih menjanjikan peluang dan
keuntungan lebih besar ketimbang tekstil.
Sosok
penting di balik transformasi PGW adalah Alvin Gozali.
Dalam
perbincangan dengan wartawan, saat peresmiangroundbreaking Thamrin Nine, dia
mengatakan, sektor properti dipilih karena sangat menjanjikan.
"Tekstil
sudah redup (sunset), sementara properti tengah tumbuh dengan prospek yang
sangat menjanjikan (sunrise). Terlebih untuk properti kelas atas. Pemainnya
sedikit, pasokan terbatas, namun permintaan tinggi," ungkap Alvin.
Dia
melanjutkan, Jakarta adalah pasar paling potensial dibanding sejumlah negara
Asia Tenggara.
Selain
karena demografi populasinya terbesar, juga daya beli tinggi yang tidak
diimbangi pasokan memadai, khususnya untuk kelas mewah.
Pada
2014, PGW mulai agresif merealisasikan orientasi bisnisnya dengan mengembangkan
Thamrin Nine.
Megaproyek
Thamrin Nine ini menempati area seluas 5,2 hektar.
Di
dalamnya terdapat properti eksisting yang telah beroperasi, yakni
UOB Plaza dengan berbagai fasilitas pelengkap, seperti ANZ Square Podium, Thamrin
Nine Ballroom, dan EXIM Melati.
Mereka
juga memiliki portofolio Gedung Cokro 88, dan Gedung Sungai Gerong.
Selain
menggarap Thamrin Nine, PGW juga merancang pengembangan properti komersial di
BSD City, Cibinong, Lebak Bulus, MT Haryono, dan Uluwatu, Bali.
Di
Cibinong, mereka telah menyiapkan lahan seluas 20 hektar yang sudah diakuisisi
sejak 2012.
Di Ibu Kota
Kabupaten Bogor, Jawa Barat, itu PGW akan membangun apartemen,
perkantoran, hotel, ruko, dan pusat belanja.
Sementara
di Uluwatu, lahan seluas 4 hektar akan mereka manfaatkan sebagai kawasan resor
terpadu lengkap dengan apartemen dan hotel.
Sedangkan
di BSD City, telah dibangun hotel bintang 4 dan pusat perbelanjaan. [qnt]