BANYAK yang beranggapan bahwa pupuk non-organik adalah racun, sementara jenis
yang dianggap lebih baik adalah pupuk organik dan hayati.
Sebetulnya, penggunaan pupuk kimia pun tidak salah.
Baca Juga:
Anggota DPR Provinsi Papua Barat Fachry Tura Berkomitmen Mendukung Mahasiswa dalam Menciptakan Lahan Pertanian Lokal di Fakfak
Pupuk organik berasal dari tumbuhan dan limbah ternak, sedangkan
pupuk hayati berasal dari bakteri. Kandungan unsur hara dalam pupuk organik
relatif rendah.
Unsur yang dibutuhkan tanaman adalah 2-4% dari bobot tanaman. Selebihnya
terdiri dari gabungan air dan karbon untuk memenuhi unsur yang diperlukan.
Tanaman harus mendapatkan banyak pupuk organik. Untuk memenuhi
kebutuhan ini, diperlukan biaya transportasi yang sangat besar.
Baca Juga:
Prabowo Gelar Video Conference dengan Empat Polda: Sinergi Nasional Menuju Kedaulatan Pangan
Tahun 1940-1945, ketika Hitler membantai sekitar 6 juta jiwa orang
Yahudi, beberapa sumber menyatakan, mayat-mayat itu diproses jadi tiga bagian.
Darah jadi pakan ternak, lemak jadi sabun, dan tulang-tulang jadi
pupuk. Yang terakhir itu bisa dibilang termasuk pupuk kimia.
Artinya, pemberian pupuk kimia tidaklah salah. Namun, akan jadi
salah jika penggunaannya berlebihan.
Lalu, bagaimana dengan kebutuhan pupuk untuk tanaman kelapa sawit?
Kebutuhan Pupuk
Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang areanya paling luas
di Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh di ketinggian 100-900 meter di atas permukaan
laut.
Sawit memerlukan unsur lengkap makro dan mikro. Namun, unsur yang
dibutuhkan tidak persis sama dengan tanaman lainnya.
Unsur yang dibutuhkan sawit adalah nitrogen, phosphat, kalium,
magnesium, dan sulfat. Selain unsur makro, unsur mikro juga sangat diperlukan
seperti Zn dan Boron.
Dengan terpenuhinya kebutuhan pupuk sawit, maka produksi CPO
Nasional akan terjaga. Penerimaan negara dalam bentuk pajak terjaga, dan lapangan
pekerjaan juga tersedia.
Meningkatkan
Kuantitas dan Kualitas Buah Sawit
Guna mendapatkan produksi sawit dalam jumlah banyak, ada 2 hal
yang harus dipenuhi, yaitu bibit yang bermutu baik, juga pemupukan dan
pemeliharaan lainnya.
Pihak yang bisa menentukan baik dan buruknya bibit sawit adalah balai
benih bibit sawit. Salah satu yang telah direkomendasikan, yakni Balai Benih Sawit
Marihat yang berada di Kota Pematang Siantar, Kabupaten Simalungun, Sumatera
Utara.
Pengaturan
Kondisi Tanah
PH Tanah tempat tumbuhnya kelapa sawit dijaga/dipertahankan antara
4,5 - 5,5, sedangkan tanah gambut kisaran PH-nya Antara 3 - 3,5 mendapatkan PH
ideal, 4,5 - 5,5 pemberian pupuk salah satu cara pengaturan. Pada tanah gambut
memberikan pupuk Dolomite = Calsium magnesium. Ca. Mgo pada tanah mineral
diberikan pupuk Kiserite Magnesium Zulfat.
Pada kedua jenis pupuk ini, ada kesamaan unsur yang terkandung.
Yaitu magnesium Mgo. Unsur ini, sangatlah penting untuk menyusun hijau daun dan
pembentukan lemak pada tanaman sawit. Pada tanah mineral dipadukan dengan
Zulfat.
Unsur ini bereaksi ke arah masam, tujuannya, mempertahankan
kondisi PH Ideal. Pada tanah gambut magnesium berikatan dengan calcium,
berfungsi menaikkan PH ke PH yang ideal. Sebagai kesimpulan, pupuk yang
digunakan ke sawit pupuk organik, non-organik/kimia dan tetap mempertahankan
keadaan tanah pada PH Ideal 4,5 - 5,5. Selain pemberian pupuk, untuk memperoleh
mutu hasil CPO yang baik memperhatikan penggunaan Herbisida yang biasa
digunakan di kebun sawit Gliphosat dan Paraquat. Kalau penggunaan kedua
Herbisida ini tidak dijaga, Gliphosat dan Paraquat terserap oleh akar tanaman,
dan mencapai buah kualitas CPO-nya, jadi rendah.
Dan harganya murah dan sering membuat harga anjlok. Penggunaan
herbisida, Gliphosat yang dapat ditoleransi 1 Liter/Ha Per Tahun. Paraquat
juga, seperti itu. Kalau terjadi penggunaan Herbisida yang berlebihan itu dapat
dinetralkan melalui penggunaan bahan organik Mikrobia dalam pupuk organic dapat
mengurai bahan aktif racun rumput yang terkandung dalam tanah.
Dengan menggunakan bibit yang bermutu pemberian pupuk yang
berimbang organik dan non-organik. Memberikan pupuk non-organik 100 Kg/Batang
per Tahun, menjaga PH Tanah tetap stabil 4,5 - 5,5. Mengendalikan penggunaan
herbisida yang terlalu sering mengimbangi dengan penggunaan organik, kuantitas
dan kualitas sawit tetap baik, petani sawit pun dapat beruntung.
Kebutuhan Pupuk/Pestisida
Cabe dan Tomat
Cabe dan tomat membutuhkan pupuk dan pestisida yang sama, jenis
unsur pupuk yang diperlukan tanaman ada 13 jenis unsur.
Jika penggunaan pupuk kurang tepat, bisa terjadi dua kemungkinan
akibat, yaitu:
a. Tingginya
cost produksi yang mengakibatkan menurunkan keuntungan petani;
b. Melalui
penggunaan pupuk yang kurang tepat dapat memperlambat/mengganggu pertumbuhan
tanaman.
Menghindari dua kemungkinan seperti telah dijelaskan sangatlah
diperlukan peranan dinas pertanian dan petugas perusahaan Saprodi.
Tanaman cabe dan tomat rentan terhadap serangan hama dan penyakit.
Pencegahan dan pemberantasannya adalah menggunakan pestisida Fungisida, Insektisida,
Akarisida, Nematisida, ZPT, dan PPC.
Fungisida ialah produk yang digunakan mencegah dan memberantas
penyakit dari segi kerjanya ke tanaman fungisida dapat dibagi 2 golongan, yaitu
kontak dan sistemik.
Insektisida juga dapat dibagi 2, sistemik dan kontak.
Akarisida = Produk yang digunakan memberantas kutu-kutuan.
Nematisida = Produk yang digunakan memberantas Nematuda dalam
tanah.
ZPT = Produk hormon yang bermanfaat merangsang pertumbuhan sel
tanaman serta penyerapan tanaman terhadap unsur yang diaplikasi ke tanaman.
PPC (Pupuk Pelengkap Cair) = Produk ini adalah unsur yang
dibutuhkan tanaman dalam bentuk cair mudah dan cepat diserap tanaman dan
memberikan hasil dengan cepat, manfaat dan cara penggunaannya juga diperlukan
bantuan petugas lapangan produsen.
Jika membutuhkan petugas lapangan saprodi untuk wilayah Dairi,
penulis bisa membantu menghadirkan petugas dari Dinas Pertanian. (H. Purba, Pengamat Pertanian)-qnt