WAHANANEWS.CO, Jakarta - Salat tarawih merupakan salah satu amalan utama yang dianjurkan bagi umat Islam selama bulan Ramadan. Dilaksanakan setelah sholat Isya, ibadah ini menjadi momen untuk meningkatkan ketakwaan dan meraih ampunan dari Allah.
Namun, dalam praktiknya, terdapat perbedaan jumlah rakaat sholat tarawih yang dikerjakan oleh umat Islam. Sebagian menjalankan 11 rakaat, sementara yang lain melaksanakan 23 rakaat.
Baca Juga:
Jelang Ramadan, Disdik Kota Bekasi Siapkan Aturan Kegiatan Sekolah Selama Puasa
Perbedaan ini sering kali menjadi bahan perdebatan, meskipun keduanya memiliki dasar yang kuat dalam ajaran Islam.
Secara umum, salat tarawih 11 rakaat merujuk pada beberapa hadis yang menggambarkan kebiasaan Rasulullah dalam melaksanakan salat malam, baik di bulan Ramadan maupun di luar Ramadan.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah tidak pernah melakukan sholat malam lebih dari 11 rakaat, sebagaimana disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah RA.
Baca Juga:
Sidak Pasar Cisalak, Plh Wali Kota Depok Pastikan Harga Bahan Pokok Stabil Jelang Ramadan
Sementara itu, pelaksanaan salat tarawih 23 rakaat juga memiliki dasar dalam sejarah Islam.
Terdapat riwayat yang menyebutkan bahwa pada masa Khalifah Umar bin Khattab, umat Islam melaksanakan sholat tarawih secara berjamaah sebanyak 23 rakaat.
Riwayat lain menyebutkan bahwa Rasulullah pernah melaksanakan sholat malam sebanyak 20 rakaat.
Perbedaan jumlah rakaat dalam salat tarawih bukanlah sesuatu yang perlu diperdebatkan secara berlebihan. Kedua praktik tersebut memiliki dasar yang dapat dipertanggungjawabkan dan sama-sama bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Yang lebih penting adalah konsistensi dalam menjalankan ibadah ini hingga akhir Ramadan, karena sering kali antusiasme umat berkurang menjelang minggu-minggu terakhir bulan suci.
Selain jumlah rakaat, niat salat tarawih juga menjadi bagian penting dalam menjalankan ibadah ini.
Niat tersebut menunjukkan kesungguhan hati dalam beribadah dan memastikan bahwa setiap rakaat yang dilakukan memiliki nilai spiritual yang tinggi.
Dengan memahami esensi salat tarawih, diharapkan umat Islam dapat lebih fokus pada peningkatan kualitas ibadahnya daripada terjebak dalam perdebatan yang tidak produktif.
1. Bacaan niat sebagai imam salat tarawih.
Apabila bertindak sebagai imam atau pemimpin salat tarawih, maka bacaan niatnya adalah sebagai berikut:
اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ إِمَامًا ِللهِ تَعَالَى
Ushollii sunnatat-taraawiihi rok’ataini mustaqbilal qiblati imaaman lillaahi ta’alaa
Artinya: “Saya niat aolat sunnah tarawih dua rakaat menghadap kiblat sebagai imam karena Allah Ta’ala.”
2. Bacaan niat salat tarawih untuk makmum
اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ مَأْمُوْمًا ِللهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatat taraawiihi rak’ataini mustaqbilal qiblati ma’muman lillahi ta’aalaa
Artinya: “Aku niat salat tarawih dua rakaat menghadap kiblat sebagai makmum karena Allah Ta’ala."
Bacaan niat tersebut bagi yang mengikuti pendapat akan adanya lafazh niat, namun jika tidak, maka sesungguhnya niat adalah amalan hati yang dengan sadar dan sengaja dilakukan.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]