WahanaNews.co | Death
Valley di California sering disebut sebagai tempat terpanas di Bumi. Suhu di
wilayah tersebut mampu mencapai 56,7 derajat Celcius.
Baca Juga:
BMKG Wanti-wanti Suhu Panas Ekstrem, Ini Daerah Terparah
Namun, sebuah penelitian baru mengenai suhu permukaan paling
ektrem di Bumi telah menemukan wilayah yang lebih panas daripada Death Valley.
Mengutip Science Alert, Jumat (21/5/2021) peneliti menyebut
jika Gurun Lut di Iran (Dash-e Lut) dan Gurun Sonoran di Amerika Utara
merupakan daerah yang memiliki suhu terpanas di Bumi.
Menurut data satelit resolusi tinggi yang didapat dari dua
dekade terakhir, kedua area itu terkadang bisa memanas hingga mencapai suhu
80,8 derajat Celcius.
Baca Juga:
Suhu Membara di Medan, BBMKG Prediksi Gelombang Panas Terus Berlanjut
Namun, Gurun Lut menempati tempat pertama dengan suhu
permukaan tanah tertinggi di dunia. Antara 2002 dan 2019, hamparan pasir di
tempat tersebut secara teratur mencapai titik terik yang ekstrem.
Hal ini kemungkinan terjadi karena gurun terletak di antara
pegunungan yang kemudian memerangkap udara panas di atas bukit pasir, terutama
bagian yang tertutup bagian vulkanik hitam.
Temuan tersebut pun mendukung penelitian sebelumnya, yang
diterbitkan pada 2011. Dalam studi itu, disebutkan jika Gurun Lut adalah salah
satu tempat paling panas di Bumi dan data awal pada 2005 menemukan wilayah
tersebut mencapai suhi 70,7 derajat Celcius.
Sejak analisis pertama itu, NASA kemudian melakukan
pendeteksian suhu dengan perangkat lunak satelitnya. Hasil dalam pembaharuan
data tersebut, peneliti menemukan suhu Gurun Lut sebenarnya 10 derajat lebih
tinggi dari yang kita duga.
Sementara itu, Gurun Sonoran juga mencapai titik ekstrem
yang sama panasnya, meski tak seperti Gurun Lut. Ini karena Gurun Sonoran
terletak di bayangan hujan dan ketinggian rendah, sehingga udara memiliki
kesempatan untuk naik dan mendingin.
Tidak jelas seberapa besar kontribusi perubahan iklim
terhadap suhu ekstrem ini, tetapi hari terpanas yang dicatat oleh satelit telah
terjadi dalam beberapa tahun terakhir, terutama selama La Niña.
"Harapannya penelitian masa depan dapat menjelaskan
tidak hanya bagaimana suhu ekstrem telah berubah di masa lalu, tetapi bagaimana
mereka kemungkinan besar akan mempengaruhi planet kita di masa depan,"
tulis peneliti dalam studi mereka.
Selain menemukan area terpanas di Bumi, analisis baru juga
mengidentifikasi tempat terdingin.
Antartika dengan mudah memenangkan rekor dengan suhu
terendah mencapai -110,9 derajat Celcius, yang 20 derajat lebih rendah dari
perkiraan sebelumnya.
Suhu permukaan Antartika yang dingin merupakan akibat dari
banyaknya sinar matahari yang kembali dipantulkan kembali ke atmosfer oleh
salju dan es.
Selain itu angin kencang dan sistem tekanan rendah secara
bersamaan menurunkan suhu Antartika.
Studi ini telah dipublikasikan di Bulletin of the American
Meteorological Society. [dhn]