WahanaNews.co | Dengan ekspresi penuh kebahagiaan, Eko Wahyanto (37 tahun), bercerita soal niatan merampungkan pembangunan masjid di kampung halamannya, yang akhirnya bisa ia realisasikan.
Baca Juga:
Iran Eksekusi Mati 4 Pria Gara-gara Kerja Sama dengan Israel
Eko mengenang Masjid Nurulfallah yang juga dilengkapi madrasah di kampung halamannya di Cilacap, Jawa Tengah, itu mulai dibangun pada tahun 2009. Pembangunan lantai dua bangunan terbengkalai sampai 10 tahun lantaran keterbatasan dana.
Dengan profesinya sebagai tukang jahit di Bandung, Eko tak pernah bermimpi bakal turut andil dalam menyelesaikan rumah ibadah itu. Namun, lewat cuan dari investasi uang virtual uang kripto, ia akhirnya dapat membantu penyelesaian lantai dua masjid.
Keinginannya untuk menyelesaikan masjid itu datang setelah melihat jemaah mesti beribadah sampai ke jalan-jalan, demi mengikuti protokol kesehatan di tengah pandemi COVID-19.
Baca Juga:
Meninggal Mendadak, Segini Harta yang Ditinggalkan Juragan Kripto
"Masjidnya dua lantai, lantai 2 belum dibangun sama sekali. Pas pandemi salat berjarak jadi sampai ke jalan desa, sampai halaman rumah tetangga. Kok ini rumah yang ratusan juta dan tanah saya bisa sanggup beli, kenapa masjid enggak bisa saya beresin," cerita Eko, Senin (12/7).
Ia pun kemudian berinisiatif meminta izin merampungkan pembangunan masjid. Total dana yang digelontorkan buat renovasi ini, kata Eko, mencapai Rp 250 juta.
Dia mengakui, dana itu tak berasal dari keuntungannya bermain kripto sendiri. Setidaknya, ada 10 rekan sesama investor yang mengumpulkan.
Eko bersama komunitasnya itu, sepakat berkomitmen menyisihkan 20 persen keuntungan dari investasi uang kripto sebagai sumbangan yang dapat dimanfaatkan buat pembangunan masjid hingga musala.
Setelah merasakan cuan yang cukup besar saat nilai investasi kripto melejit di rentang akhir tahun 2020 sampai awal tahun 2021, komunitas yang mereka beri nama Kebun Online itu kemudian tercatat membantu pembangunan 10 masjid di beberapa daerah.
"Kemudian datang proposal dari masjid lain, jadi saya ada 10 masjid. Di Cicalengka 3, di Cilacap 4, di Sulawesi, di NTT sama NTB. Ini akan dilanjutkan, saya belajar konsisten menyisihkan 20 persen untuk umum, jadi enggak terbatas masjid, ke sepak bola, ke pertanian juga yang enggak ada modal saya beliin bibitnya," kata Eko.
Awal perkenalan Eko dengan investasi uang kripto dimulai pada tahun 2012. Dia mengenang masa itu sebagai saat-saat sulit baginya.
Krisis keuangan keluarga setelah sang ayah berhenti bekerja dari perusahaan BUMN, membuat dia berangkat ke Bandung untuk belajar menjahit. Eko kemudian merasakan yang namanya kena PHK, sehingga mulai muncul pikiran bagaimana cara mendapatkan uang.
Setelah berselancar di internet, ia kemudian pernah menjalani berbagai profesi. Mulai dari ikut MLM, sampai menawarkan produk asuransi.
Kala itu, ia sering mendapatkan masalah dengan teman atau tetangga lantaran tak mulusnya penawaran asuransi yang ia sarankan. Setelah itu, ia kemudian mulai mengenal investasi kripto.
"Sejak 2012 itu ngalamin yang namanya naik 20 juta terus turun lagi, Sempat berhenti sebentar di 2013 sampai 2015 enggak terlalu intens. 2015 saya mulai beli lagi tepatnya saya nyisihin kalau dihitung berapa enggak kehitung pastinya ya. Saya nyimpan tiap bonus kerja nyisihin di celengan, kalau dibulatkan ya tidak lebih 10 jutaan lah," ungkapnya.
Eko mengakui baru mulai merasakan keuntungan di kripto pada tahun 2020. Kesabarannya berinvestasi bertahun-tahun mulai ia rasakan dengan keuntungan penjualan pertama waktu itu senilai lebih dari Rp 300 juta.
"Pertama kali jual dan perlihatkan ke istri di 2020 September, saya baru dapat hadiah dari UNI (Uniswap) dulu satu wallet 200 Uni kalau dirupiahin Rp 48 juta. Besoknya saya cek wallet yang sudah lama enggak dibuka, ada uang sekitar Rp 300 juta saya cairkan juga, transfer ke istri dia nangis: Mulai besok enggak kerja lagi di pabrik," ujar Eko menceritakan respons istrinya.
Saat ini, kata Eko, total portofolio bersih miliknya yang disimpan melalui salah satu platform investasi kripto, Zipmex Indonesia, berkisar antara Rp 2 miliar sampai Rp 3 miliar.
"Kalau aset waktu naik saya tukar USD, sekarang saya pindahin ke Zipmex sekitar karena GMT turun sekitar Rp 600 juta. Kalau keseluruhan sekitar Rp 3 miliar, kalau dihitung sebelum naik portofolio saya baru Rp 50 juta hasil ngumpulin beberapa tahun," ungkapnya.
Keuntungan itu, kata Eko, belum termasuk berbagai aset yang telah dibeli dari cuan yang ia dapatkan. Setidaknya, ia telah membeli rumah, tanah, kebun, sampai membiayai kuliah adiknya hanya dari keuntungan yang didapatkan.
"Waktu bullish market lebih dari Rp 3 miliar (total aset Kripto). Karena yang udah buat rumah dan tanah juga udah hampir 2 miliar," pungkas Eko Wahyanto. [dhn]