WahanaNews.co | Belakangan ini viral di media sosial cerita soal invasi Rusia ke Ukraina. Pesan ini dibuat oleh warganet di Weibo yang mengunggah penjelasan tentang konflik Rusia dan Ukraina dengan gaya sinetron.
Tentunya perlu diingat, Weibo kebanyakan digunakan warga Tiongkok.
Baca Juga:
Kabar Duka, Aktor Senior Eeng Saptahadi Meninggal Dunia
“Saya yakin semua orang bingung. Jika versi berita Rusia vs Ukraina terlalu rumit, maka disarankan untuk membaca versi sinetronnya biar mudah dipahami," demikian tertulis di Weibo.
Lengkapnya, begini cerita perseteruan Ukraina-Rusia versi sinetron ala Weibo:
Baca Juga:
Aminah Cendrakasih, Pemeran Mak Nyak di 'Si Doel Anak Sekolahan' Tutup Usia
Cerita ini dimulai lebih dari 20 tahun yang lalu, Ukraina (istri) menceraikan mantan suaminya (Rusia), dan atas kesepakatan bersama, beberapa anak menjadi miliknya.
Mantan suaminya juga sangat akomodatif padanya dan meninggalkan banyak harta keluarga untuknya. Setelah itu, mantan suaminya juga melunasi lebih dari US$200 miliar utang untuknya.
Setelah menyingkirkan mantan suaminya, Ukraina mulai bergaul dengan para begundal dan mulai tergoda oleh seorang kepala preman (AS) dan sekelompok anak buah preman tersebut (NATO) sampai dia benar-benar dalam pelukan mereka.
Sang mantan suami tidak peduli terhadap kelakuan mantan istrinya. Tapi sikap sang mantan suami mulai berubah karena merasa terganggu, ketika para preman mulai memanfaatkan mantan istrinya untuk mengancam dan berniat mengkerdilkan dirinya serta merebut hartanya di desa tersebut.
Sang mantan suami mulai marah dan sebagai peringatan pada mantan istrinya, dia mengambil kembali salah seorang anak mereka : Crimea.
Mantan istri mulai menyimpan dendam dan mimpi. Dia ingin menikah dengan keluarga preman (NATO) dan bermimpi suami barunya nanti akan membalas dendamnya ke mantan suaminya.
Namun kepala preman dan keluarga preman menolak untuk menikahinya. Dia hanya digunakan mereka untuk memprovokasi mantan suaminya.
Melihat kelakuan ibu mereka yang semakin ngelunjak, dua anak mereka (Donetsk dan Luhansk) ingin keluar dari rumah ibunya, dan tidak mau lagi tinggal bersama ibunya. Mereka memohon pada ayahnya untuk mengeluarkan mereka dari rumah ibunya.
Kepala preman dan keluarganya terus-menerus mendorong sang mantan istri untuk berani melawan mantan suaminya.
Sebagai tanda dukungan, mereka terus mengirim senjata-senjata usang dan amunisi kadaluarsa (yang sudah tidak mereka pakai lagi), agar sang mantan istri memiliki keberanian untuk bertengkar dengan mantan suaminya.
Mereka juga memberi janji akan membelanya dalam pertikaian ini.
Karena terus menerus diprovokasi, sang mantan suami akhirnya bertindak mengambil kembali dua anaknya yang memohon untuk dibebaskan dari rumah ibunya (Donetsk dan Luhansk).
Sang mantan istri mengira ia mempunyai backing yang kuat, namun ternyata ketika sang mantan suami sudah benar-benar murka dan menyerang, para preman justru bersembunyi, hanya berkoar-koar mencaci sang mantan suami dan mengajak seisi desa memusuhi sang mantan suami. [qnt]