WahanaNews.co | Sudah lebih dari setahun Amye Un, wanita kelahiran Amanatun, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT), menduduki jabatan sebagai Wakil Wali Kota Darwin, Australia.
Amye juga menduduki jabatan sebagai Alderman atau dewan penata Kota Darwin, Northern Territory.
Baca Juga:
Australia Mau Larang Anak di Bawah 16 Tahun Main Medsos, Ini Alasannya
Ada kisah menarik Amye, saat kampanye untuk menarik simpati para pemilihnya.
Melansir Kompas.com, Amye mengaku modal politik yang digelontorkannya paling kecil dibanding kompetitornya yang lain.
"Dengan dana kampanye paling limit hanya $3.500 AU (setara Rp 36 juta), saya bisa menang di dua posisi dalam satu pemilihan yaitu Wakil Wali Kota dan Penata Kota (Councillor) Darwin," ujar Amye, kepada Kompas.com, Selasa (5/7/2022).
Baca Juga:
Program CSR Akar Basah PEP Tarakan Field Dapat Perhatian APOGCE 2024
Amye memerinci peruntukan dana sebesar 3.500 dolar Australia itu. Untuk biaya registrasi sebagai calon wali kota dan penata kota, Amye menghabiskan biaya sebesar 500 dolar Australia atau setara Rp 5 juta.
Jika menang dalam pemilihan, uang pendaftaran itu akan dikembalikan.
Lalu, Amye menggunakan 1.200 dolar Australia atau setara Rp 12,3 juta untuk mencetak 10.000 surat suara. Selanjutnya, 450 dolar Australia atau setara Rp 4,6 juta untuk membuat 25 lembar baliho yang dipasang di jalan.
Sebanyak 400 dolar Australia atau setara Rp 4 juta dipakai untuk membeli kaos atribut kampanye.
"Sedangkan sisa uang lainnya saya pakai untuk membeli bahan bakar minyak buat operasional," kata Amye.
"Tetapi saya bangga, bisa kalahkan empat kandidat lainnya semuanya adalah orang kulit putih," sambungnya.
Menurut Amye, dengan biaya yang kecil, dia orang pertama yang mencatat sejarah itu. Karena, kata dia, dalam setiap pemilihan politik di negara itu, para calon menghabiskan uang hingga jutaan dolar atau miliaran rupiah.
"Itu modal paling kecil dalam dunia politik di Darwin," kata Amye.
Amye mengaku, banyak saingannya yang heran dengan dana kampanyenya yang minim. Apalagi, dirinya maju melalui jalur independen, tentu tidak mendapat dukungan dari pemerintah, sehingga hanya mengandalkan usaha sendiri.
"Maju melalui jalur independen harus sendiri usaha. Susah juga, tetapi saya punya tekad yang keras harus menang dan terbukti saya meraih kemenangan itu,"imbuhnya.
Rupanya, kata Amye, yang membuatnya terpilih karena disukai warga kalangan menengah ke bawah. Amye juga kerap terlibat aktif dalam kegiatan sosial masyarakat di 'Negeri Kanguru' tersebut.
Selain itu, Amye bersama sejumlah warga Darwin beberapa kali menggelar unjuk rasa di kantor pemerintah setempat.
Amye juga sering membantu masyarakat yang tidak memiliki rumah, dengan memberikan mereka makanan.
Meski telah terpilih, Amye tetap masih menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat setempat.
Amye berharap, ke depan dirinya bisa terpilih menjadi Wali Kota Darwin.
Amye mengaku siap memenangkan pemilihan di Kota yang berbatasan laut dengan wilayah NTT itu.
"Kami ada enam calon yang akan bertarung dalam pemilihan Wali Kota Darwin, dan saya satu-satunya yang maju melalui jalur independen," kata Amye, dikutip dari Kompas.com.
Perempuan lulusan salah satu SMK di Kota Kupang itu mengaku sudah menjadi warga negara Australia sejak 1998, setelah menikahi pria asal Australia.
Menurut Amye, dia maju sebagai calon wali kota, setelah mendapat dukungan dari masyarakat setempat, khususnya kalangan ekonomi menengah ke bawah.
Selain mendapat dukungan yang banyak dari arus bawah, Amye menyebut hal itu sebagai kesempatan. Apalagi di wilayah itu kata dia, sangat menjunjung tinggi demokrasi.
Dia memilih jalur independen, karena tidak ingin terikat dengan partai politik manapun. [rna]