WahanaNews.co | Sekumpulan warga memenuhi ruangan kecil di bawah pohon beringin.
Bangunan yang tampak seperti goa itu seolah menyatu bersama akar-akar pohon beringin yang menjuntai panjang.
Baca Juga:
Sandiaga Resmikan Wisata Religi Bertajuk ‘Wisata Quran’ di Bandung
Di sisi lain, dijumpai pula sebuah makam berukuran kecil tanpa bangunan pelindung.
Hanya makam tanpa nama di nisannya yang ditutup dengan kain berwarna putih dan terhalau akar pohon beringin.
Di sampingnya, terdapat sebuah makam dengan bangunan permanen berukuran 3 x 4 meter dengan lantai dihiasi keramik berwarna hitam.
Baca Juga:
Bobby Nasution Ingin Perayaan Thaipusam Jadi Wisata Religi, Tingkatkan Pariwisata dan Ekonomi Masyarakat
Ketiga makam ini berada di kawasan Taman Makam Loang Baloq, Jalan Lingkar Selatan, Tanjung Karang, Kecamatan Mataram, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Menurut Juru Kunci Taman Makam Loang Baloq Sukri, makam yang berada tepat di bawah pohon beringin itu adalah milik Maulana Syech Gauz Abdurrazak atau yang lebih dikenal sebagai Sayyid Tohri.
Disebutkan, Syech Gauz merupakan ulama besar dari Jazirah Arab yang pada tahun 1866 datang ke Palembang.
Kemudian melanjutkan perjalanan ke pesisir Pantai Ampenan untuk menyebarkan ajaran Islam.
Sehingga ajaran agama Islam dipercaya dan tersebar luas di Lombok.
Sementara, makam berukuran lebih kecil yang ditutupi oleh kain putih merupakan milik dari seorang anak yatim.
“Dulu disebut dia muridnya Sayyid Tohri, anak yatim terus sering diajak kemana-mana sama beliau,” ujar Sukri.
Oleh karena itu makam kecil itu disebut sebagai Makam Anak Yatim.
Lalu yang tepat berdampingan dengan Makam Anak Yatim ini adalah Makam Datuk Laut.
Ketiga makam di Taman Makam Loang Baloq ini biasa dikunjungi peziarah dari Lombok maupun luar Lombok untuk meminta keberkahan.
Dibuka selama 24 jam, peziarah tampak silih berganti bersimpuh di depan makam Sayyid Tohri dengan hajat mereka masing-masing. [gun]