WahanaNews.co | Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Batu, Jawa Timur, memburuk.
Seorang balita telah dilaporkan meninggal karena penyakit ini.
Baca Juga:
Anggota DPRD Kotawaringin Timur Minta Pemerintah Gencarkan Sosialisasi Tentang DBD
Menurut laporan Dinkes Kota Batu, balita tersebut meninggal setelah menderita Dengue Shock Syndrome (DSS) atau komplikasi infeksi DBD.
Jumlah kasus terus meningkat hingga akhir Juli 2022.
Jumlahnya ini lebih tinggi dibanding tahun lalu dengan bulan yang sama.
Baca Juga:
Dinas Kesehatan Padang Gencarkan Sosialisasi Pemberantasan Sarang Nyamuk dan Antisipasi DBD
Hingga akhir Juli, sudah tercatat ada 86 kasus DBD dan 155 demam dengue (DD).
Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Batu, Susana Indahwati, menerangkan, pada 2021 lalu, ada 19 kasus DBD dan 46 kasus DD.
"DBD mengakibatkan kematian balita pada Juni lalu. Sementara angka bebas jentik (ABJ) sudah terealisasi 97 persen,” ungkapnya.
Dinkes Kota Batu pun berupaya meminimalisir persebaran seiring tingginya kasus DBD.
Pemkot Batu meningkatkan koordinasi RS agar pendataan kasus bisa dilakukan sedini dan seakurat mungkin.
Laporan tersebut segera disampaikan ke Dinkes untuk selanjutkan dilakukan penyelidikan epidemiologi (PE).
"PE dilakukan sebagai upaya memutus rantai penyebaran kasus DBD dengan meningkatkan kewaspadaan masyarakat dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Selain itu Puskesmas secara berkala juga melakukan pemantauan jentik bersama kader jumantik di tiap Desa/Kelurahan se-Kota Batu," terangnya.
Pihaknya juga menggencarkan sosialisasi Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), yakni menguras tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain.
Menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air, dan lain sebagainya.
Serta memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk yang menularkan demam berdarah.
Pasalnya, nyamuk aedes aegypti bertelur di genangan air bersih.
Selain itu, Susan meminta ketika suatu rumah ada yang menderita DBD, maka harus dilakukan penyisiran genangan air dengan radius 200 meter.
Dengan tujuan agar tidak ada jentik nyamuk yang berkembang biak.
Kepala Dinas Kesehatan Batu, drg Kartika Trisulandari, beberapa waktu lalu telah mengingatkan masyarakat melaksanakan PSN.
“Tahun alu ada 16 kasus DBD, sembuh semuanya alhamdulillah. Pokoknya titip PSN-nya,” terang Kartika.
PSN dinilai efektif menekan berkembang biaknya nyamuk.
Pasalnya, dengan melakukan PSN, tempat berkembang biaknya nyamuk dapat diantisipasi.
Dengan begitu, nyamuk tidak bisa berkembang biak.
“Jadi kami fokusnya menghalangi nyamuk berkembang biak, menghalangi tempat nyamuk berkembang biak seperti genangan air. Kalau tidak PSN rutin, kemungkinannya sangat tinggi,” ujar Kartika.
Tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk bisa dibersihkan seminggu sekali.
Masyarakat diharapkan melakukan hal tersebut agar jentik-jentik tidak tumbuh menjadi nyamuk.
Dikutip dari beberapa sumber, demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B.
Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang semua umur.
Belum ada vaksin untuk mengatasi serangan DBD. [gun]