WAHANANEWS.CO, Aceh Tamiang - Ketika listrik RSUD Muda Sedia, Aceh Tamiang, padam total setelah banjir memutus jaringan utama, jarum jam di ruang IGD seperti berhenti bergerak dalam kecemasan yang tebal karena beberapa tindakan medis krusial harus menunggu aliran listrik darurat yang belum tiba.
Di luar rumah sakit, tim PLN berkejaran dengan waktu sambil menyeret genset 66.000 watt dan lampu-lampu emergency menembus jalur darat berlumpur, tanah amblas, dan jalan yang patah.
Baca Juga:
PLN Gercep Pulihkan Bertahap Listrik di Sumatera Meski Akses Banyak Terputus
Kendaraan mereka nyaris tak memiliki pijakan yang aman dalam perjalanan yang kemudian mereka ketahui hanya menyisakan 23 menit sebelum alat-alat medis benar-benar tak lagi bisa dipertahankan dengan suplai cadangan.
Di dalam ruang IGD, Direktur RSUD Muda Sedia, Andika Putra, menyebut listrik yang datang belakangan sebagai “penyelamat” karena tanpa itu pelayanan medis berada di ujung tanduk.
“Di tengah kondisi yang serba sulit, kehadiran listrik dari PLN adalah penyelamat, tanpa itu banyak tindakan medis yang tidak bisa kami lakukan dan respons cepat ini benar-benar menjaga keselamatan pasien,” ujarnya, dikutip Sabtu (6/12/2025).
Baca Juga:
Demi Keandalan Listrik, ALPERKLINAS Imbau Masyarakat Ikut Jaga Kelestarian Jaringan di Daerah Masing-masing
Pada saat yang sama, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, memastikan bahwa rumah sakit menjadi prioritas pertama.
“Atas arahan langsung dari Bapak Menteri Kesehatan, kami prioritaskan rumah sakit harus menyala lebih dulu karena di sana ada nyawa yang dipertaruhkan dan tim PLN bergerak all out tanpa mengenal waktu untuk menjaga layanan kritis tetap berjalan.”
Setelah rumah sakit menyala kembali pada Kamis (4/12/2025), posko pengungsian di Tamiang Sport Center juga berhasil mendapatkan aliran listrik dari jaringan PLN sehingga proses evakuasi, pendataan warga, dan distribusi logistik tidak lagi bergantung pada penerangan seadanya dalam kondisi darurat yang serba terbatas.
Dalam waktu yang sama, suplai air bersih untuk masyarakat juga diselamatkan dengan pengoperasian genset 33.000 watt yang dikirim dari Binjai demi menormalkan kembali layanan PDAM Aceh Tamiang sehingga kebutuhan dasar warga bisa dipenuhi tanpa jeda panjang di tengah masa tanggap darurat.
Untuk memperkuat layanan publik lainnya, PLN juga mengirim genset 100.000 watt dari Banda Aceh menggunakan kapal KP Wisanggeni milik POLRI yang terus bergerak meski sejumlah titik akses darat masih terputus akibat banjir besar dan longsor beruntun.
General Manager PLN Unit Induk Wilayah Aceh, Eddi Saputra, menekankan bahwa pemulihan listrik harus dimulai dari fasilitas vital.
“Jalan putus, banyak titik terisolir, tapi kami tidak boleh berhenti dan rumah sakit, posko pengungsian, serta titik pelayanan masyarakat harus mendapatkan listrik terlebih dahulu, kami berterima kasih kepada TNI dan POLRI yang membantu mobilisasi peralatan di lapangan,” katanya.
Dengan percepatan pemulihan jaringan dan suplai listrik darurat yang terus mengalir ke fasilitas utama, PLN memastikan masyarakat Aceh Tamiang mendapatkan akses listrik yang diperlukan untuk melewati fase kritis masa tanggap darurat dengan aman.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]