WahanaNews.co | Memasuki tahun 2022, sejumlah daerah tentunya akan melakukan evaluasi hasil catatan selama 2021. Baik yang sudah tercapai maupun yang belum.
Salah satunya Pemerintah Kabupaten Sumedang. Sepanjang tahun 2021, banyak penghargaan yang diperoleh baik tingkat provinsi maupun nasional yang diraih.
Baca Juga:
Peduli dan Inklusif, Brigjen Mustikaningrat Hadirkan Harapan Baru bagi Sumedang
Terakhir, daerah dengan julukan 'Kota Tahu' ini menyabet penghargaan dari Kemendagri sebagai Kabupaten Sangat Inovatif pada Innovative Goverment Award (IGA) Tahun 2021.
Sebelumnya sebagai kabupaten yang menerapkan aplikasi serba digital, banyak mengolekasi penghargaan lain di tahun 2021. Prestasi itu pun seolah menjadi kado istimewa penutup tahun.
Namun, berbagai penghargaan itu tak berpengaruh terhadap indeks pendapatan masyarakat (IPM) dan kesejahteraan masyarakat Sumedang sesuai visi misi Bupati Dony Ahmad Munir dan Erwan Setiawan semasa kampanye.
Baca Juga:
Waspada Musim Hujan, PLN UP3 Sumedang Minta Masyarakat Bijak Gunakan Listrik
Hal itu dikatakan Anggota Komisi III DPRD Sumedang dari PKS, Drg Rahmat Juliadi kepada wartawan Kamis 30 Desember 2021.
"Penghargaan yang saya tahu terkait layanan berbasis elektronik. Penghargaan-penghargaan yang selama ini didapatkan oleh pemerintah daerah itu memang hasil kerja keras dari pemerintah daerah, kita tidak bisa menafikan, kita juga patut apresiasi."
"Hanya pemerintah daerah jangan lantas berpuas diri dengan berbagai penghargaan yang didapatkan karena penghargaan yang didapatkan itu juga tetap harus berbanding lurus dengan dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat," ujarnya.
Rahmat menilai penghargaan-penghargaan yang selama ini diraih belum berdampak signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Hanya target-target yang disampaikan oleh Bupati dan Wakil Bupati di saat kampanye ada sebagian yang sudah mulai tergaraf, ada yang belum.
"Contoh, visi misi yang belum tercapai terkait peningkatan masyarakat diantaranya membuat semacam rumah besar fakir miskin. Di rumah fakir miskin itu ada upaya untuk menurunkan angka kemiskinan di Sumedang."
"Ya supaya memang terjadi penurunan yang signifikan tapi itu hanya di awal-awal saja, gaungnya sudah hampir tidak terdengar lagi Bagaimana upaya pemerintah daerah untuk mengentaskan kemiskinan dengan konsep rumah besar fakir miskin itu," ungkapnya.
Politisi senior PKS ini menilai seolah sekarang Pemkab Sumedang seperti ingin mengejar target penghargaan tersebut. Padahal sebetulnya semua penghargaan yang diperoleh ini tidak berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.
"Kita juga paham bahwa itu juga faktornya diantaranya adanya pandemi Covid-19, kita tidak bisa nafikan. Tapi tetap upaya-upaya pemerintah daerah ini belum maksimal untuk mengentaskan kemiskinan dan mengurangi angka pengangguran."
"Sumedang untuk membuka lapangan-lapangan kerja baru termasuk juga menyalurkan tenaga kerja Sumedang keluar Sumedang itu dinilai masih sangat kecil, baik upaya pemerintah dalam dorongan membuka lapangan kerja di Sumedang sendiri, maupun mendorong bekerja keluar," papar Rahmat.
Oleh karenanya, sebagai anggota DPRD yang fungsinya mengawasi dan mengontrol, mengingatkan kepada bupati dan wakil bupati bahwa jangan sampai target kerja itu fokus ke arah pencapaian prestasi saja. Karena penghargaan itu efek, sebetulnya adalah bonus dari kerja-kerja yang selama ini dilakukan.
"Meskipun sekali lagi kita pun sebetulnya apresiasi juga untuk mendapatkan penghargaan tersebut juga tidak mudah dengan penghargaan-penghargaan yang didapatkan ini," tambahnya.
"Target yang sebetulnya dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, yakni pengentasan kemiskinan dan termasuk juga mengurangi pengangguran," tutur dia.
Kemudian, target kabupaten pariwisata itu juga salah satu yang harus juga dipikirkan dengan serius. Sebab, jargon Sumedang Destinasi Wisata baru, realisasinya belum dirasakan.
Contoh, prakteknya upaya-upaya ke arah sana juga tidak maksimal, belum terjadi peningkatan jumlah wisatawan padahal banyak tempat wisata baru di Sumedang.
"Jadi jangan hanya saja berpikir untuk menumbuhkan destinasi wisata yang baru, sedangkan destinasi wisata yang ada saat ini juga tidak terperhatikan. Contoh, aksesbilitasnya (jalan, sarana prasarana, penunjuk arah). Destinasi wisata yang sudah ada sebetulnya tinggal dipoles aja. Yang terjadi meningkatkan destinasi baru sementara akses ke tempat wisatanya belum ada," ujarnya.
Artinya, lanjut Rahmat, Sumedang ini masih belum menjadi tujuan wisata. Kenapa? Karena memang sarana prasarana pendukungnya seperti akses masih sangat sangat minim.
Contoh yang kemarin sempat dilontarkan anggaran cukup besar digelontorkan Kampung Buricak Burinong. Berapa miliar yang dikucurkan ke sana. Karena aksesbilitas jalannya sempit dan segala macamnya, akhirnya kan sekarang mati.
"Coba pikirkan bagaimana akses ke sana lebih nyaman, perluasan aksesibilitas, arah jalan fasilitas-fasilitas yang lain yang diperlukan itu menjadi harus fokus pemerintahan daerah dalam meningkatkan pendapatan dari sektor pariwisata," tandasnya. [bay]