"Ya itu, kalau dijual murah. Kalau digunakan bahaya,"tambahnya.
Kendati demikian, kemungkinan besar ratusan pohon yang tumbang tetap akan mereka jual. Berapapun dana yang mereka dapat nantinya akan digunakan oleh pemiliknya untuk kebutuhan. Dengan demikian, hasil penjualan kayu tersebut diharapkan mampu mengurangi pengeluaran masyarakat.
Baca Juga:
Puting Beliung di Berampu Dairi, Rumah Rusak, Tiang Listrik Miring
Sebenarnya, kayu dari bekas pohon yang tumbang akibat bencana puting beliung tersebut masih bisa dimanfaatkan. Namun sebelum memanfaatkannya, masyarakat harus melakukan ritual terlebih dahulu. Ritual tersebut sering disebut ruwatan yang memiliki makna pembersihan.
"Jadi kalau mau digunakan harus diruwat atau dibersihkan terlebih dahulu. Tujuannya agar aura negatifnya hilang," terang dia.
Kepercayaan tersebut sampai sekarang memang masih dipatuhi oleh masyarakat. Termasuk juga kepercayaan terjadinya bencana angin puting beliung tersebut karena sudah dua tahun ini masyarakat Kalurahan Mulusan tidak menyelenggarakan Rasulan (Bersih Desa) dengan pertunjukkan wayang.
Baca Juga:
Bencana Puting Beliung, BPBD Jabar Siapkan Terpal untuk Warga Terdampak di Kertasari
Menurut tokoh spiritualis ini, Wayangan dengan lakon khusus harus digelar setahun sekali terutama pada saat acara bersih desa atau Rasulan. Gelaran wayang ini sebagai salah satu cara untuk menghindarkan masyarakat dari hal-hal yang negatif.
"Sejak pandemi kan kita tidak pernah menyelenggarakan rasulan dengan wayang. Makanya warga sini menganggap gara-gara itulah angin puting beliung melanda kawasan mereka," tambahnya.
Meskipun secara logika antara wayangan dengan bencana, namun masyarakat sering menghubungkan kedua hal tersebut. Sehingga kemungkinan besar tahun ini mereka akan menyelenggarakan ritual bersih desa dengan pertunjukkan wayang kulit. [bay]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.