WahanaNews.co | Sekarang
ini lima mal di Bandung terancam dijual. Pemicunya adalah pengunjung ridak
seramai dulu, meski pemerintah sudah melonggarkan aturan.
mal">
Baca Juga:
Ini 5 Mal di Jakarta yang Pas Dikunjungi saat Libur Imlek 2023
Hal itu dibenarkan Ketua Asosiasi Pengusaha Pusat Belanja
Indonesia (APPBI) Bandung Raya Handianto Lie. Dia menyebut sedikitnya ada 5 mal
di Bandung yang terancam dijual.
"Ya kurang lebih begitu. Kalau kepastian belum tahu
karena data yang masuk kami bicaranya begitu," ucap Handianto, Selasa
(24/8/2021).
Dia tak merinci mal apa saja yang terancam dijual. Namun
dipastikan mal-mal tersebut berdomisili di wilayah Bandung Raya.
Baca Juga:
Golden Truly Bakal Digantikan Mal Singapura 'Mustafa Center'
Handianto menambahkan alasan lima mal terancam dijual itu
dikarenakan minimnya kunjungan. Meski sudah diperbolehkan beroperasi di masa
PPKM, dia menilai kunjungan masyarakat ke mal masih sepi.
Dia menyebut dari 50 persen kapasitas yang ditetapkan
pemerintah misalnya, kedatangan pengunjung masih di bawah 20 persen atau
sekitar 10-15 persen saja. Bahkan ada mall yang jumlah kunjungannya di bawah 10
persen.
"Ya awalnya sih memang sebelum Covid juga ada beberapa
yang memang kurang berjalan baik. Ditambah dengan sekarang nih. Kemarin
puncaknya waktu PPKM ya nggak kuat lah," kata dia.
Menurut Handianto hal itu jelas mempengaruhi pendapatan
pengelola mal itu sendiri. Apalagi, kata dia mall-mall berstatus trade center
yang kondisinya kurang.
"Kan bisa lihat sendiri kondisi mal apalagi yang
menengah ke bawah kayak Trade center. Itu ya kayak begitu. Karena kalau trade
center ini-nya (fokus) belanja. Sementara daya beli berkurang. Kemudian juga
orang juga ada rasa takut untuk datang ke mall ditambah sekarang banyak aturan
ya, tahu sendiri masyarakat bagaimana," tuturnya.
"Padahal sebenarnya kalau kami dari pengelola mal kita
taat, kita jalani segala macem aturan kita jalani. Hanya yang disayangkan itu
tadi, mal boleh buka tapi banyak pembatasan. Bukan pembatasan kapasitas ya,
kalau kapasitas tidak kami inikan. Kalau kapasitas oke, tapi pembatasan jenis
usaha ini tidak boleh buka, nah itu yang berdampak sekali buat kita," kata
Handianto menambahkan.
Salah satu yang berpengaruh, kata dia masih adanya
pembatasan jenis usaha di dalam mall salah satunya arena bermain atau hiburan.
Hal ini tentu mempengaruhi jumlah kunjungan yang berimbas pada pendapatan.
"Bioskop lah kemarin sebelum PPKM sudah boleh buka itu
kunjungan mal drastis naik ditambah ada film bagus. Sekarang PPKM tutup nggak
boleh lagi buka. Sekarang begini saja, mal sekarang bukan untuk belanja beda
dengan 10 tahun lalu."
"Dulu orang belanja ke mall, kalau sekarang bukan untuk
belanja. Orang buat hang out buat jalan-jalan, dia punya uang belanja, ada
barang bagus dia beli. Tapi tujuannya bukan buat itu, dia jalan-jalan main yang
punya anak, keluarga dia ajak main anaknya ya ortu diem liatin. Terus
jalan-jalan ada bagus barang dia beli. Sekarang arena main anak nggak
boleh," ucapnya. [dhn]