WahanaNews.co | Ada sembilan pemain yang mendapatkan kesempatan mengikuti pendidikan kepolisan.
Kesembilan pemain Timnas Indonesia yang mengikuti pendidikan kepolisan selama lima bulan adalah Frengky Missa (Persikabo 1973), Ginanjar Wahyu (Arema FC), Rabbani Tasnim (RANS Nusantara), Kakang Rudianto (Persib Bandung), Dimas Juliano (Bhayangkara Presisi Indonesia FC), Ananda Raehan (PSM Makassar).
Baca Juga:
Ultimatum Keras Setelah Kekalahan Telak Timnas dari Jepang, Erick Thohir Ancam Mundur dari PSSI
Kemudain ada Daffa Fasya (Borneo FC), Muhammad Faiz Maulana (Bhayangkara Presisi Indonesia FC), dan Muhammad Ferrari (Persija Jakarta).
Menanggapi hal itu, Ketua Umum (Ketum) PSSI Erick Thohir mengatakan permintaan sembilan pemain untuk mengikuti pendidikan kepolisian sudah dikabulkan.
Itu diketahui setelah pertemuan dengan Presiden Jokowi di Istana Merdeka.
Baca Juga:
Erick Thohir Inginkan Timnas Indonesia Raih Poin Melawan Jepang dan Arab Saudi
"Memang waktu itu ada pertemuan di Istana Merdeka. Bapak presiden menawarkan apa yang bisa diberikan setelah (juara) SEA Games 2023. Di situ disampaikan, ada yang mau jadi TNI, Polisi, ASN, dan BUMN," ujar Erick kepada awak media, di Menara Danareksa, Jakarta pada Selasa (25/7/2023).
"Untuk prosedur apakah mereka akan lolos kan itu ada prosedurnya. Itu adalah risiko, tapi itu kan kembali lagi. Agar pahlawan ini mendapatkan kesempatan ke depannya," imbuhnya.
Lebih lanjut, Erick mengatakan akan mendiskusikan lebih lanjut soal para pemain ini. Sebab, mereka harus melalui proses pendidikan yang panjang selagi ada pemusatan latihan dan agenda Timnas Indonesia lainnya.
"Kita kasih kesempatan mereka dulu. Apakah nanti ada pembicaraan dengan kepolisian tanpa merusak sistemnya, intinya tidak boleh ada pemain titipan untuk masuk ke kepolisian. Kita (PSSI) tidak mau kalau akhirnya proses itu merusak sistem di kepolisian. Kita akan coba bisa tidak ada dispensasi, tapi saya tidak bisa memutuskan. Kita akan cari solusinya," tambah Erick.
Sementara itu, Erick juga memberikan kebebasan kepada para pemain untuk mengambil keputusan. Menurutnya, PSSI tidak bisa mengintervensi keputusan mereka menjadi polisi.
[Redaktur: Zahara Sitio]