WahanaNews.co | Seorang peneliti terkemuka pada tahun 1940-an menyebut bahwa seorang jenius harus memiliki IQ lebih dari 180 dan itu hanya ada 1 dari setiap 2 juta orang.
Hingga kini, tidak ada satu pun definisi atau syarat pasti untuk disebut jenius.
Baca Juga:
Ingin Jadi Orang Jenius? Lakukan 6 Tips Berikut
Tetapi banyak dokter telah mempelajari anak-anak yang sangat cerdas dan berbakat untuk memahami kejeniusan dengan lebih baik.
Mereka mendefinisikan kejeniusan sebagai kekayaan orisinalitas, kreativitas, dan kemampuan untuk membayangkan atau berpikir dengan cara dan bidang baru.
Nah, apa yang terjadi ketika anak jenius beranjak dewasa?
Baca Juga:
Sederet Alasan Pendidikan Finlandia Terbaik Dunia, Salah Satunya Sistem Belajar yang Santai
Seperti yang pernah dimuat di bbc.com, ada seorang anak laki-laki berusia empat tahun bernama Teddy menjadi anak termuda Inggris yang diterima masuk Mensa, sebuah organisasi bagi orang-orang dengan IQ tinggi.
Namun apa yang terjadi ketika anak-anak seperti Teddy tumbuh dewasa?
Dua dekade yang lalu, Christopher Guerin berada di posisi serupa dengan Teddy.
Dia dinobatkan sebagai anak paling cerdas se-Britania Raya saat ia berusia 12 tahun pada 2002, mengalahkan ribuan anak lain di sebuah acara televisi.
“Itu adalah hal yang saya dan keluarga sama sekali tidak menyangka,“ kata Guerin, yang kini berumur 32 tahun dan tinggal di Birmingham.
Dengan IQ setinggi 162, ia sudah menjadi anggota Mensa.
Ia mengetahui tentang organisasi itu setelah menonton episode serial animasi Amerika the Simpsons dan melihat salah satu karakter, yakni Lisa Simpson, mendaftarkan diri ke Mensa.
Mensa hanya menerima orang-orang yang berhasil meraih skor dalam 2% teratas dari populasi umum dalam tes kecerdasan yang sudah disetujui.
Kemenangannya membuka pintu ke banyak peluang hebat.
Salah satu pengalamannya yang paling berkesan adalah mendapat undangan untuk menonton klub sepak bola favoritnya, Aston Villa, bersama dengan ketua klub tersebut.
Ia juga mendapatkan liburan ke Irlandia gratis dari dewan pariwisata Irlandia. Sebab kedua orang tuanya berasal dari Irlandia.
Tentu ada harapan yang ditaruh padanya untuk menjadi unggul, tetapi ia tidak memandang itu sebagai hal yang negatif.
Bahkan, ekspektasi tersebut memotivasinya.
"Saya pribadi menanggapinya dengan baik," katanya.
“Saya pikir kalaupun saya tidak menang, saya pasti tetapi ingin menjadi unggul dalam apapun yang saya lakukan. Tetapi ini memberikan saya sudut pandang lain.
“Saya belajar di grammar school, sehingga menjadi kompetitif secara akademis menjadi bagian dari kultur sekolah itu pula,” kata Guerin.
Grammar school adalah institusi pendidikan untuk anak berusia 11 sampai 18 tahun yang memiliki kemampuan akademik tinggi. Siswa yang ingin diterima harus melewati tes seleksi yang cukup ketat.
Anak paling cerdas di Inggris itu kemudian mendapatkan tiga gelar matematika, salah satunya dari Universitas Cambridge, dan kini sedang menempuh pendidikan jenjang S3.
Pekerjaan sehari-harinya adalah sebagai asisten kepala sekolah di sebuah SMP, di mana ia menggunakan pengalamannya untuk memotivasi murid-muridnya.
“Saya beberapa kali melakukan pidato tentang… memanfaatkan peluang,” kata Guerin, yang menikah musim panas lalu.
“Itu tidak harus dalam hal bermain kuis atau akademik, tetapi lakukan saja apapun yang membuatmu tertarik, itu sangat menyenangkan untuk dilakukan.”
Kuliah di Universitas Cambridge pada usia 15 tahun
Arran Fernandez (27) juga merupakan anak berbakat. Sama seperti Guerin, ia mengaku tidak merasakan tekanan berlebih karena statusnya sebagai anak pintar.
Ia baru berumur 15 tahun saat ia mulai kuliah di Universitas Cambridge mengambil jurusan Matematika. Fernandez menjadi mahasiswa termuda Cambridge sejak 1773.
Pada usianya yang ke-18, ia tumbuh menjadi juara matematika universitas itu dan mendapat gelar ‘senior wrangler’.
Fernandez, yang bersekolah di rumahnya di Surrey, mengatakan “Pengalaman kuliahku tentu saja tidak biasa, tapi saya tidak merasa ketinggalan apa-apa. Setiap pengalaman memiliki keunikan tersendiri.
“Secara sosial, saya tidak terlalu peduli dengan membandingkan umurku dengan orang lain, jadi saya tidak merasa berbeda dengan teman-temanku karena usiaku [yang lebih muda].
“Memulai kuliah untuk pertama kalinya adalah perubahan hidup dan pengalaman yang baru bagi siapapun, baik yang berusia 15 tahun maupun 18 tahun.”
Arran Fernandez, yang kini bekerja sebagai asisten dosen Matematika di Universitas Eastern Mediterranean di Cyprus utara, mengatakan bahwa ia selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik dalam pekerjaannya.
Tetapi itu “lebih untuk kepuasan diri sendiri daripada tekanan eksternal.“
“Saya menemukan bahwa orang pada umumnya memiliki ekspektasi tinggi terhadapku.
“Mereka berpikir saya pasti seorang ‘jenius’ karena usiaku, tetapi saya tidak membiarkan persepsi atau ekspektasi orang yang tak kukenal mempengaruhi pola pikirku atau menaruh tekanan pada saya.”
Meski begitu, ia tidak suka dengan istilah ‘anak jenius’.
“Saya dulu dan sekarang bukan jenius, saya hanya seseorang yang diberikan kesempatan pendidikan luar biasa dan mampu memanfaatkannya dengan baik.
Ia mengatakan kesempatan dan dukungan yang ia dapat tidak membuatnya lebih ‘unggul’ daripada orang lain.
Bahkan, ia terinspirasi untuk “membalas kebaikan itu dengan berusaha mendukung orang lain untuk mendapatkan peluang yang serupa dan meraih kesuksesan”.
‘Kemampuan saya malah menghambat saya’
Tentunya, menjadi anak berbakat tidak selalu berarti mendapatkan segala hal yang Anda mau.
Jocelyn Lavin, yang sejak kecil memiliki talenta pandai bermusik dan diterima di Sekolah Musik Chetham yang bergengsi, mengatakan dianggap sebagai anak jenius tidak mempengaruhinya secara negatif dalam bertumbuh dewasa.
Namun menurutnya, dunia dewasa memiliki tantangan tersendiri bagi anak berbakat. Sebab mereka punya cara kerja mereka sendiri untuk melaksanakan tugas-tugas.
“Dan mereka tidak suka ketika Anda tidak sama dengan mereka dan Anda memiliki cara berpikir dan cara pandangmu sendiri.”
Lavin pernah bekerja sebagai guru dan sekretaris di antara jenis-jenis pekerjaan lain, dan beberapa minggu lalu ia melamar untuk posisi yang ‘sempurna’ baginya.
“Jadi saya mengisi formulir aplikasi dan menekankan bahwa saya dapat menjalankan pekerjaan ini dengan baik karena keahilan saya dalam riset dan mencari tahu berbagai hal.
“Namun, mereka mengatakan bahwa jawaban-jawaban saya adalah kebalikan dari apa yang mereka sedang cari untuk mengisi peran itu.
“Hal tersebut membuatku merasa kemampuan yang saya miliki malah menghambat saya dalam mencari pekerjaan.”
Sementara, orang-orang yang bukan anak jenius tidak khawatir.
Wendy Berliner, seorang jurnalis pendidikan, mengatakan bahwa seringkali orang dewasa yang tumbuh menjadi luar biasa, “lebih banyak dipengaruhi oleh sifat-sifat, seperti tekad, dorongan, rasa ingin tahu.“
“Dukungan juga sangat penting. Dengan orang-orang yang berkembang hingga mencapai prestasi tinggi, seringkali Anda akan menemukan orang yang mendukung mereka dari belakang,“ katanya.
Mengasuh anak Mensa melelahkan
Konsultan anak berbakat Mensa, Lyn Kendall, mengatakan satu hal yang ia perhatikan dari anak-anak Mensa adalah semangat mereka. Mereka memiliki ‘kebutuhan’ untuk terus belajar, katanya.
Kendall mengatakan Mensa saat ini menghadirkan kelompok dukungan untuk orang tua yang memiliki anak berbakat yang saat ini berisi 300 keluarga. Menjadi orang tua yang memiliki anak Mensa sangat menguras energi.
“Itu melelahkan, membuat frustasi dan hampir menghancurkan pernikahan.”
Jurnalis pendidikan Wendy Berliner menganjurkan bagi orang tua yang merasa memiliki seorang anak berbakat, sebaiknya jangan memperlakukan mereka seperti ‘sesuatu yang membuat kami sebagai orang tua terlihat unggul’.
Melainkan, mereka sebaiknya ‘mendorong mereka menjadi orang yang ingin hidup nyaman dan bahagia dalam hidup, itulah hal terpenting,” kata dia.
Dan banyak orang tua yang mungkin berada di posisi itu sekarang.
Setelah Teddy, si anak berusia empat tahun, masuk berita karena IQ-nya yang sangat tinggi, Kendall mengatakan bahwa ia menerima 38 email dari orang tua yang memiliki anak berusia tiga sampai empat tahun.
Mereka meminta pertolongannya dan mengatakan: “Anak kami seperti itu.”
Apa itu Mensa?
Mensa adalah organisasi yang berisi orang-orang dengan kepintaran di atas rata-rata. Saat ini, mereka memiliki 140.000 anggota dari seluruh dunia, 18.000 di antaranya berasal dari Inggris dan Republik Irlandia.
Organisasi itu menyebut dirinya sebagai ‘kumpulan masyarakat ber-IQ tinggi terkemuka di dunia".
Mensa mengatakan bahwa mereka menyediakan ruang bagi para anggotanya untuk bersosialisasi, mengembangkan diri secara intelektual, dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang menarik. [Tio/bbc]