WAHANANEWS.CO, Jakarta – Azka Tazkiatunnafsi (18), remaja kelahiran 28 April 2007 ini tak hanya diterima di satu, melainkan tiga universitas ternama di Amerika Serikat dan Australia.
Cita-cita Azka untuk kuliah di luar negeri akhirnya menjadi kenyataan.
Baca Juga:
Berikut Daftar 24 Calon Anggota Kompolnas Lolos Tes Asesmen, 3 Pensiunan Polri
Kisah Azka dimulai dari Yogyakarta, tempat ia menjalani masa kecil dan memulai pendidikan di SD Model, Kapanewon Ngemplak, Sleman.
Namun, jalan hidup membawanya pindah ke Jakarta setelah lulus SD, mengikuti pekerjaan orangtuanya.
"Memang kecilnya saya di Yogya, sampai pas SMP harus ikut ayah sama bunda buat kerja di Jakarta. Saya juga sekolah di Jakarta di MTSN 4 Jakarta Selatan," ujar Azka Tazkiatunnafsi melansir Kompas.com, Rabu (21/05/2025).
Baca Juga:
Artis Ammar Zoni Dituntut 12 Tahun Penjara di Kasus Narkoba, Pengacara Heran
Setelah lulus SMP, Azka sempat bertekad kembali ke Yogyakarta untuk melanjutkan ke salah satu SMA Negeri.
Namun, impian itu harus kandas karena kurang persiapan saat menghadapi Asesmen Standarisasi Pendidikan Daerah (ASPD).
"Tapi karena kurang persiapan ASPD itu, jadi saya nggak bisa lolos buat masuk SMA Negeri Yogya. Akhirnya ngikut saran ayah untuk mendaftar di SMA Sains Wahid Hasyim, akhirnya keterima di situ dan saya melanjutkan SMA di situ," bebernya.
Sempat Down dan Menangis, Tapi Tak Menyerah
Kegagalan tersebut sempat membuat Azka terpukul. Ia mengaku kecewa karena harus bersekolah di pesantren, berbeda dari harapannya.
"Jujur down banget sih, karena pas masuk SMA Sains Al-Quran ini kan pondok ya, dan saya keinginan awalnya kan mau sekolah negeri aja gitu," tuturnya.
Azka bahkan menangis beberapa hari. Namun, ia memutuskan untuk tidak larut dalam kesedihan dan mulai menanamkan fokus pada pendidikan di tempat barunya.
"Jadi waktu itu sempat nangis beberapa hari. Tapi ya akhirnya saya jalani itu sih pondok pesantren itu," urainya.
Cita-Cita Kuliah di Luar Negeri Sejak SD Mimpi kuliah di luar negeri sudah tumbuh dalam diri Azka sejak kecil. Ia terinspirasi dari tokoh publik yang menempuh pendidikan di kampus-kampus bergengsi dunia.
"Dari saya sendiri sih, saya suka nonton kayak Maudy Ayunda dulu sekolahnya di Oxford, terus dari SD itu saya sudah pingin kuliah di luar negeri pokoknya. Ternyata sampai SMA cita-citanya itu, jadi saya kejar mimpi itu," ungkapnya.
Untuk mencapai mimpinya, Azka menempuh jalan yang penuh usaha. Di tengah kesibukan mondok dan belajar, ia tetap gigih memperdalam Bahasa Inggris secara otodidak sejak SMP, terutama lewat film dan video pembelajaran berbahasa Inggris.
"Saya tertarik bahasa Inggris dan ingin ngerasain, jadi biasanya saya cari video-video Youtube yang ngejelasin materi-materi sekolah pakai bahasa Inggris," ungkapnya.
Berhasil Tembus Tiga Universitas Luar Negeri
Perjuangan Azka berbuah manis. Ia diterima di empat universitas sekaligus, tiga di antaranya berada di luar negeri: University of Illinois Urbana-Champaign (UIUC) di Amerika Serikat, University of Sydney, dan Australian National University.
Di dalam negeri, ia juga diterima di Universitas Indonesia (UI). Namun, pilihannya jatuh pada UIUC karena program studi dan reputasi kampus di bidang arsitektur.
"Saya mengambil yang Amerika, karena saya paling tertarik dengan majornya sih. Saya mengambil Sustainable Design, ini saya baru lihat adanya di kampus-kampus Amerika dan University of Illinois terkenal dengan arsitekturnya," tuturnya.
Azka dijadwalkan berangkat ke Amerika pada Agustus 2025 untuk mengikuti orientasi kampus.
"Jadwal kampusnya tanggal 18 Agustus itu mulai orientation week atau kayak ospeknya gitu. Jadi sekitar Agustus tanggal 11 mungkin," ungkapnya.
Masuk universitas luar negeri bukan hal mudah. Azka harus melewati proses panjang, termasuk menulis esai yang jadi penentu penting dalam aplikasi. Ia mendaftar melalui platform Common App dan mengaku sempat mengerjakan esai di waktu mepet.
"Waktu itu saya agak mepet sih ngerjainya, cuma Alhamdulillahnya karena ada bantuan juga dari BIM menyediakan college counselor jadi saya bisa konseling tentang esai saya dan minta saran dari college counselor-nya," tuturnya.
Orangtua Azka tidak tinggal diam. Mereka langsung aktif mencarikan informasi beasiswa setelah mengetahui keinginan anaknya kuliah ke luar negeri.
"Pas saya cerita pengen kuliah di luar negeri ayah bunda saya langsung cari info-info tentang beasiswa itu dan akhirnya ketemu BIM (Beasiswa Indonesia Maju) juga, BIM persiapan S1 luar negeri dan ternyata bantu banget dalam segi finansialnya," urainya.
Azka pun berhasil meraih beasiswa Garuda dari Kemendikti Saintek, yang akan membiayai seluruh kebutuhan kuliahnya selama empat tahun di Amerika Serikat.
"Alhamdulillah dapat bantuan finansial dari pemerintah. Sampai kuliah selesai, itu empat tahun. Yang saya ambil ini beasiswa Garuda," jelasnya.
Menjelang keberangkatannya, Azka pun mempersiapkan diri dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang kehidupan dan perkuliahan di Amerika.
"Saya sih cari-cari cerita pengalaman dari kakak kelas tentang bagaimana kuliah di sana dan kehidupan di sana. Terus orangtua saya juga ada beberapa teman yang lulusan dari University of Illinois," pungkasnya.
[Redaktur: Alpredo Gultom]