WahanaNews.co | Nama Muhammad Syaeful Mujab atau kerap dipanggil Mujab tak asing di kalangan sivitas akademika Universitas Indonesia (UI), sebab ia merupakan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI di tahun 2017.
Mujab saat ini terdaftar sebagai awardee atau penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) di London School of Economics and Political Science, Inggris.
Jalan hidup Mujab yang belakangan lalu viral di X itu kini terus menanjak, meski diakuinya cukup terjal dan penuh pengorbanan dari orang terdekatnya, terutama ibundanya.
Baca Juga:
Revisi Disertasi Bahlil, UI Terapkan Sanksi dan Pembinaan Akademik
"Rasa-rasanya dulu nggak mungkin bermimpi bisa kuliah sampai di Inggris. Sebab buat kuliahin aku aja Ibu mesti kerja sampai ke Malaysia. Iya ibu aku pernah jadi TKW (Tenaga Kerja Wanita)," ujar Mujab, dikutip dari laman Instagram @lpdp_ri, Minggu, 15 Oktober 2023.
Kisah inilah yang sebenarnya enggan ia ungkap ke publik. Bukan perkara malu, namun ia tak mau cerita ini menuai kasihan dan simpatik yang justru menafikan makna perjuangan dia dan keluarganya untuk sampai di titik ini.
Mujab menceritakan tentang betapa besarnya arti perjuangan, restu, dan doa sang Ibu dalam kehidupannya.
Ibunda Mujab dengan berat hari meninggalkan keluarga di Tanah Air dan terbang ke Negeri Jiran, menjadi TKW untuk sebuah tujuan, agar anaknya tetap dapat sekolah.
Kondisi ekonomi keluarga yang kurang beruntung kala itu, membuat pilihan kampus Mujab ketika di jenjang S1 sempat menuai perdebatan di lingkungan keluarga besarnya. Keluarga besar menyarankan Mujab untuk memilih sekolah kedinasan, agar bebas biaya, pun lulusannya berpotensi besar menjadi PNS.
Kuliah di FISIP UI
Baca Juga:
Gali Potensi Pulau Panggang dan Pulau Pramuka, Universitas Indonesia Gelar FGD SDGs di Kepulauan Seribu
Namun Mujab berkeras, ia ingin kuliah di kampus pilihannya, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI).
Meski pilihan ini berbeda dengan saran keluarga, namun tekad Mujab bulat, terlebih lagi ia mendapat dukungan penuh, doa, dan restu dari ibundanya kala itu.
Singkat cerita, ia berhasil menembus kampus terbaik di Indonesia tersebut.
Ia pantang menyia-nyiakan kesempatan yang hadir tersebut. Meski kala itu untuk ia mendapat beasiswa Bidikmisi (KIP Kuliah), namun Mujab tak mau hanya diam berpangku tangan.
Mujab pun mengambil beberapa kerja sambilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya sebagai mahasiswa.
"Buat survive, apalagi pas kuliah di UI, aku dikit-dikit ngajar les, ikutan lomba sana sini, agar dapat uang. Sama aku jadi MC acara-acara wedding," terangnya.
Meski disibukkan dengan pekerjaan sambilan, namun itu tak sedikitpun mengganggu pembelajaran di perkuliahannya.
Terbukti, Mujab mendapatkan IPK sempurna atau 4.00 di semester I kuliahnya di FISIP UI.
Bicara soal pendidikan, kata Mujab, jujur ibu itu enggak knowledgable, ketika aku pamer IPK semester 1 saja beliau malah nanya balik, 'kok nilainya kecil sekali Mas,' alias ngertinya IPK itu paling gede ya 100 atau 10, bukan 4," ujar pemuda kelahiran Tegal ini.
Sang ibu juga yang mendukung Mujab, kala itu, untuk ikut dalam pemilihan Ketua BEM UI tahun 2017. Keputusan ini juga tak mudah, karena artinya ia harus menambah semester kuliahnya dan akan kehilangan kesempatan untuk lulus dengan predikat Cum laude.
"Ibu kasih support dan cuma bilang jangan telat salat," kata Mujab menirukan pesan Sang Ibu kala itu.
Bahkan berkat doa dan tirakat puasa 40 hari juga yang menjadi salah satu hal yang mengantarkannya menjadi Abang DKI tahun 2018.
Juga saat ini, lagi-lagi mujab meyakini berkat doa ibu ia lolos ke London School of Economics and Political Science, Inggris sekaligus mendapatkan beasiswa dari LPDP.
Mendapat Privilege
Di Inggris, ia mengambil studi development studies.
"Kepercayaan terhadap kebijakan sosial ini yang bikin aku ambil development studies, sampai ambil topik disertasi soal kebijakan sosial," ujar Mujab.
Ternyata, Mujab berhasil mematahkan anggapan orang banyak tentang makna privilege dalam kesuksesan seseorang. Jika selama ini privilege identik dengan keistimewaan akses terhadap banyak kesempatan yang disebabkan karena seseorang tersebut terlahir dari keluarga terpandang dan kaya.
Maka lahir di lingkaran kemiskinan justru memotivasi Mujab untuk terus bergerak maju.
Privilege ala Mujab justru berupa kepercayaan, serta dukungan dan tentunya restu ibu yang berharga menjadi rumus utama pembuka kesuksesan.
[Redaktur: Zahara Sitio]