WAHANANEWS.CO, Jakarta – Diduga setelah menyantap menu Makan Bergizi Gratis (MBG), ratusan siswa dari jenjang PAUD hingga SMA/SMK di Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, keracunan.
Dugaan awal keracunan ini adalah menu MBG dimasak terlalu dini sehingga, saat dibagikan, MBG kurang layak dikonsumsi.
Baca Juga:
JCW Desak Ombudsman Awasi MBG, Ratusan Siswa Jadi Korban Keracunan
"Menurut info terakhir, itu karena menunya dimasak terlalu dini, jadi mengakibatkan makanan didistribusikan ke siswa dalam keadaan sudah tidak bagus," kata Koordinator SPPG Wilayah Bandung Barat, Gani Djundjunan, dilansir detikJabar, Selasa (23/9/2025).
Gani mengatakan, dalam satu hari, SPPG itu memasak sekitar 3.467 porsi untuk beberapa sekolah dasar. Saat ini, BGN menghentikan sementara operasional SPPG itu.
Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat saat ini sudah mengambil sampel bekas muntahan dari siswa yang keracunan usai menyantap menu MBG. Menu yang dikonsumsi di antaranya ayam kecap, tahu goreng, sayuran, dan buah-buahan.
Baca Juga:
Tragedi Banjaran, Ibu Tulis Surat Wasiat Sebelum Akhiri Nyawa 2 Anak dan Dirinya
"Kami bawa sampel muntahan ke Labkesda Jabar. Kalau menunya ada tahu, ayam kecap, sayur," kata Plt Kepala Dinas Kesehatan KBB, Lia N Sukandar.
Lia mengatakan, dari keterangan siswa yang keracunan, mereka mencium bau tak sedap ketika membuka kotak MBG berbahan stainless tersebut. Kebanyakan siswa tak menghabiskan makanan tersebut.
Data menunjukkan jumlah siswa terdampak keracunan massal sudah menyentuh 364 orang. Para siswa kemudian dikumpulkan di GOR Kecamatan Cipongkor, RSUD Cililin, Puskesmas Cipongkor, serta RSIA Anugrah.
Terpisah, Direktur Aspirasi Murni Masyarakat (AMM) Pran Shaleh Gultom mengatakan MBG adalah program prioritas dan unggulan Presiden Prabowo, dalam rangka mewujudkan Indonesia Emas 2045. Program besar dengan tujuan investasi dan kecerdasan masa depan anak bangsa.
Menurutnya memang tidak mudah untuk dilaksanakan dengan baik dan sempurna. Pasti di awal akan menemukan banyak masalah, untuk itulah ini saat yang tepat untuk BGN mengevaluasi.
“Sangat diperlukan ketelitian dan kehati-hatian apalagi ini menyangkut makanan untuk Kesehatan anak. Jangan sampai orang tua menjadi trauma dan cemas, takut anak-anak mereka makan MBG di sekolah jadi keracunan,” kata Shaleh. Namun, Shaleh tidak setuju program ini dihentikan.
“BGN perlu melibatkan masyarakat untuk melakukan pengawasan terhadap dapur-dapur produksi makanan. Dan terpenting standar dan penunjukan dapur pelaksana harus jelas aturannya,” kata Shaleh.
“Profesionalisme ini harus benar-benar ditunjukkan. Pemilik dapur jangan hanya memikirkan keuntungan semata, sudah saatnya ikut bahu-membahu dan ikut berkontribusi demi kemajuan anak bangsa,” tutup Prans Shaleh.
[Redaktur: Jupri Sianturi]