WahanaNews.co | Hampir 500 perempuan di Taliban dilarang bekerja sebagai guru taman kanak-kanak.
Independent edsi Bahasa Farsi melaporkan bahwa keputusan yang dikeluarkan Kementerian Tenaga Kerja dan Sosial tersebut mencakup 469 guru taman kanak-kanak serta para manager dan staf.
Baca Juga:
Diduga Siswi Disabilitas Dilecehkan Guru SLB, Keluarga Lapor Polisi
"Setiap air mata yang menetes mewakili sebuah keluarga yang kehilangan pendapatan yang stabil, seorang wanita kanak kehilangan seorang pendidik," ujar mantan politisi Mariam Solaimankhil, melansir The National News 14 Juli.
"Ini lebih dari sekadar tidak adil, ini tidak masuk akal," tegasnya.
Ini merupakan salah satu dari beberapa langkah yang secara efektif membatasi perempuan, termasuk lebih dari satumenengah, hanya berada di rumah selama hampir dua tahun terakhir.
Baca Juga:
Kawal Makan Bergizi Gratis, Gibran Titip Kepada Kepala Dinas Pendidikan Seluruh Indonesia
Hal ini juga dikecam oleh ayah dari aktivis pendidikan Malala Yousafzai, yang mengatakan Taliban "harus mengizinkamengajar dan anak-anak perempuan Afghanistan untuk belajar".
"Sementara dunia tetap diam, Taliban bergerak menuju normalisasi sistem apartheid gender yang lengkap dengan kmanusiawi dan anti-perempuan," jelas Ziauddin Yousafza
Diketahui, Taliban baru-baru ini mengumumkan larangan terhadap salon kecantikan wanita, salah satu dari sedikit tuntuk mereka.
Keputusan tersebut menyebabkan sekitar 60.000 wanita kehilangan pekerjaan, sumber mengatakan kepada The National pada saat itu.
Sebelumnya, anak perempuan di atas usia 12 tahun tidak lagi diizinkan untuk bersekolah atau kuliah, sedangkan seuntuk pemerintah.
Pada Bulan Desember, perempuan dilarang bekerja di LSM, yang mendorong PBB untuk mengatakan mereka akan mkeberadaannya di negara tersebut.
[Redaktur: Zahara Sitio]